kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.294   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.595   61,30   0,81%
  • KOMPAS100 1.081   11,41   1,07%
  • LQ45 798   5,32   0,67%
  • ISSI 254   -0,26   -0,10%
  • IDX30 413   3,86   0,94%
  • IDXHIDIV20 472   5,24   1,12%
  • IDX80 120   0,68   0,57%
  • IDXV30 126   1,93   1,56%
  • IDXQ30 132   1,37   1,05%

Payment ID Dirilis 17 Agustus 2025: Ini Kelebihan dan Tantangannya


Senin, 11 Agustus 2025 / 06:55 WIB
Payment ID Dirilis 17 Agustus 2025: Ini Kelebihan dan Tantangannya
ILUSTRASI. BI bakal segera memulai uji coba Payment ID pada tanggal 17 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Inggit Yulis Tarigan, kompas.com, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bank Indonesia (BI) bakal segera memulai uji coba Payment ID pada tanggal 17 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. 

Informasi saja, Payment ID merupakan kode unik yang terintegrasi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK), yang memungkinkan pemantauan seluruh transaksi keuangan digital secara mendetail. Payment ID ini menjadi bagian dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI).

Sistem ini nantinya disebut-sebut akan menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kualitas penilaian kelayakan kredit. 

Menurut Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) BI, Dudi Dermawan, peluncuran tahap awal yang dijadwalkan pada 17 Agustus 2025 mendatang, merupakan hasil dari eksperimen internal yang dilakukan kepada seluruh pegawai Bank Indonesia dan penerima Bansos.

Sistem identifikasi digital ini akan menjadi instrumen baru dalam pemantauan seluruh transaksi keuangan digital serta mengefisienkan penyaluran bantuan sosial (bansos). 

Dia menjelaskan, Payment ID akan menjadi identitas unik yang mengikat data rekening di seluruh bank dengan NIK seseorang. Formatnya terdiri dari sembilan karakter berupa kombinasi konsonan, vokal, dan angka, yang disebut Dudi mudah diingat. 

Baca Juga: Fintech Samir Masih Kaji Kesiapan Integrasi Sistem Payment ID

“Sudah kami uji dan bisa mencapai 9 miliar kombinasi. Contohnya, DDS 012 SAR. Bisa disesuaikan dan otomatis diinfokan ke nasabah,” ujarnya.

Kelebihan Payment ID

Ada sejumlah kelebihan yang ditawarkan oleh system Payment ID: 

Pertama, sistem ini menjamin perlindungan data pribadi. Akses terhadap data nasabah hanya bisa dilakukan jika ada persetujuan eksplisit dari pemilik data.

Kedua, BI juga telah menguji Payment ID dalam skema penerima bansos. Hasilnya, sistem ini dinilai efektif untuk mengidentifikasi kemungkinan ketidaktepatan penerima bantuan. 

Ketiga, Payment ID memungkinkan kementerian dan lembaga melihat histori transaksi penerima bansos secara agregat, termasuk jumlah rekening aktif dan besaran mutasi dana.

Keempat, dalam pengembangan Payment ID, BI juga menggandeng Direktorat Jenderal Dukcapil untuk memastikan validitas data kependudukan. 

Kelima, BI juga akan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), khususnya dalam integrasi dengan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSN) yang diperbarui setiap tiga bulan. 

Baca Juga: Payment ID Dinilai Bisa Perkaya Analisis Kredit Berbasis NIK

"Tujuannya adalah membangun gambaran yang lebih akurat terhadap neraca rumah tangga masyarakat," ujar Dudi.

Keenam, memperkuat pengawasan terhadap aktivitas perbankan bayangan atau shadow banking apabila diimplementasikan secara tepat dan disertai dengan kolaborasi lintas sektor.

“Namun demikian, efektivitasnya tentu akan sangat bergantung pada ekosistem regulasi dan kesiapan pelaku industri secara keseluruhan,”jelas Chief Technology Officer PT Sahabat Mikro Fintek (Samir) Andreas Panjaitan.

Ketujuh, Payment ID dapat memperkaya analisis kredit berbasis NIK. 

Ketua Umum AFPI, Entjik Djafar mengatakan sistem ini adalah langkah strategis untuk memperkuat transparansi dan akurasi dalam proses analisis kredit di sektor fintech lending.

“Program ini tentunya akan sangat membantu memperkaya kami dalam melakukan analisa kelayakan kredit based on single identity, yaitu NIK,” ujarnya kepada Kontan, (7/8).

Tantangan Payment ID

Mengutip Kompas.com, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin menilai, sistem ini memiliki tantangan tersendiri, khususnya terkait privasi data dan kemungkinan gangguan teknis.  

"Sisi negatifnya ya privasi berkurang, technical error," ujarnya. 

Untuk itu, Eddy menekankan pentingnya riset mendalam guna memahami implikasi sistem ini terhadap perekonomian secara menyeluruh. Ke depan, ia memprediksi banyak negara akan perlahan beralih ke ekosistem berbasis blockchain dengan aset digital berbasis token.  

Tonton: Aturan Co-Payment Asuransi Kesehatan OJK Rugikan Konsumen dan Bikin Beban Rakyat Makin Berat

"Saya tidak tahu apakah payment ID berbasis fiat money akan dapat sustainable untuk waktu lama," pungkasnya. 

Selanjutnya: Perkuat Kerjasama Ekonomi, Indonesia & Selandia Baru Eksplorasi Sektor Potensial

Menarik Dibaca: Review Oppo Find X8, Abadikan Momen dengan Kamera Super Night Mode

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×