kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.826.000   20.000   1,11%
  • USD/IDR 16.565   5,00   0,03%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Pefindo: Penerbitan Obligasi Multifinance 2025 Hadapi Tantangan Berat


Jumat, 21 Februari 2025 / 09:51 WIB
Pefindo: Penerbitan Obligasi Multifinance 2025 Hadapi Tantangan Berat
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan obligasi oleh multifinance pada tahun ini akan menghadapi tantangan yang berarti.

Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menyampaikan salah satu tantangan utamanya berasal dari sisi pendanaan, dia bilang suku bunga yang masih belum kembali normal ke level rendah, meski inflasi sudah turun di bawah target Bank Indonesia (BI).

Baca Juga: MTF Hentikan PUB VI Obligasi 2023, Rencanakan Penerbitan Baru di 2025

"Level suku bunga saat ini (5,75%) masih relatif tinggi, meski sudah dipangkas oleh Bank Indonesia pada September 2024 dan Januari 2025. Dengan demikian, hal itu masih menjadi faktor negatif bagi pendanaan," ucapnya kepada Kontan,co.id, Kamis (20/2).

Tantangan lainnya, yaitu adanya persaingan likuiditas dengan perbankan dan tingginya potensi penerbitan surat utang pemerintah.

Terkait dengan surat utang pemerintah, Ahmad bilang potensi pasokan akan besar, seiring dengan defisit dan angka jatuh tempo yang lebih tinggi.

"Situasi itu berpotensi membebani harga surat utang dan akhirnya berdampak pada yield obligasi pemerintah dan merembet ke yield obligasi korporasi," tuturnya.

Baca Juga: Pefindo Prediksi Penerbitan Surat Utang Korporasi Tahun Ini Capai Rp 155,53 Triliun

Oleh karena itu, Ahmad mengharapkan efisiensi pemerintahan akan berjalan lebih baik, sehingga mendukung pasar surat utang. Dari sisi prospek bisnis, risiko perlambatan ekonomi tampaknya mulai mencuat.

Dia menyebut kondisi itu tentu saja berpengaruh negatif terhadap bisnis multifinance.

Imbasnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi akan mengurangi permintaan terhadap jasa multifinance.

Terakhir, Ahmad memperkirakan beberapa perusahaan multifinance mungkin terpengaruh dengan nilai tukar karena mereka membiayai perusahaan-perusahaan di sektor yang sensitif terhadap nilai tukar, seperti pertambangan dan perkebunan.

"Fenomena Strong Dollar tampaknya masih akan menjadi isu pada tahun ini. Artinya, ada potensi Rupiah tetap volatile pada tahun ini, yang mana berdampak pada ketidakpastian bisnis dari perusahaan yang dibiayai dan akhirnya berpengaruh terhadap prospek dan risiko multifinance," kata Ahmad.

Baca Juga: Suku Bunga BI Turun, Penerbitan Obligasi Korporasi Diramal Semarak

Sementara itu, Pefindo mencatat penerbitan surat utang oleh multifinance sepanjang 2024 mencapai Rp 30,92 triliun. Nilai itu lebih rendah 5,64%, jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 32,77 triliun.

Ahmad menerangkan akan ada surat utang yang jatuh tempo dari industri multifinance senilai Rp 30,60 triliun. Nominal tersebut mencakup 18,98% dari total surat utang yang jatuh tempo pada 2025 atau nilainya Rp 161,21 triliun.

Adapun penerbitan surat utang multifinance hingga Januari 2025 masih terbilang sepi. Nilainya baru sebesar Rp 0,80 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×