kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.555.000   9.000   0,58%
  • USD/IDR 16.199   6,00   0,04%
  • IDX 7.097   32,25   0,46%
  • KOMPAS100 1.053   5,36   0,51%
  • LQ45 825   3,64   0,44%
  • ISSI 211   0,97   0,46%
  • IDX30 423   1,75   0,42%
  • IDXHIDIV20 507   2,25   0,45%
  • IDX80 120   0,58   0,49%
  • IDXV30 124   0,56   0,45%
  • IDXQ30 140   0,52   0,37%

Penerbitan SBN pada 2025 Bakal Berdampak pada Persaingan Likuiditas Perbankan


Minggu, 08 Desember 2024 / 19:07 WIB
Penerbitan SBN pada 2025 Bakal Berdampak pada Persaingan Likuiditas Perbankan
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Kamis.(25/7/2024). Pemerintah bakal menerbitkan surat berharga negara (SBN) senilai Rp 642,56 triliun pada tahun 2025 dikhawatirkan pengaruhi likuiditas perbankan.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

Di samping itu, ketatnya likuiditas akan menyebabkan bank lebih selektif dalam memberikan pinjaman, terutama kepada sektor-sektor yang memiliki risiko lebih tinggi. Dengan kata lain, jika biaya dana semakin tinggi, bank mungkin akan lebih berhati-hati dalam ekspansi kredit mereka.

"Secara keseluruhan, kenaikan penerbitan SBN pada tahun depan memang dapat mempengaruhi ketatnya likuiditas di pasar. Kami pun harus bersiap menghadapi biaya dana yang lebih mahal, sementara pertumbuhan kredit bisa lebih lambat karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dan selektivitas dalam penyaluran kredit," jelasnya.

Untuk itu, OK Bank disebut Efdinal perlu mengelola likuiditas dengan hati-hati dan memanfaatkan berbagai sumber pendanaan alternatif agar tetap dapat bertahan dalam kondisi pasar yang lebih kompetitif.

Ekonom Celios Bhima Yudhistira juga menilai, kenaikan SBN ini akan membuat para deposan perbankan tergiur dan beralih ke instrumen SBN dibandingkan menabung ataupun menyimpan deposito di perbankan karena selisih atau spread timbal hasil yang cukup lebar antara SBN dengan suku bunga deposito perbankan.

Baca Juga: Potensi Rotasi Investasi ke China Belum Akan Terjadi Walau Tebar Stimulus Jumbo

"Dan tentunya ini akan menjadi tekanan likuditas tahun depan, berarti tekanannya akan jauh lebih berat. Sekarang saja sudah tercermin tekanan itu pada pertumbuhan kredit, hanya kisaran 10%, jadi melambat pertumbuhan kreditnya," ucapnya.

Selain itu, di satu sisi, bank disebut akan lebih banyak memarkir dananya di SBN dibandingkan menyalurkan kredit Karena bank juga melihat tahun depan risiko penyaluran kreditnya mungkin lebih tinggi karena ada masalah geopolitik, perang dagang, problem dari sisi kinerja ekspor yang mungkin lebih lambat.

"Sehingga bank juga tidak mau mengambil banyak risiko memperlambat penyaluran kreditnya dan parkir saja di SBN. Jadi ini dari dua sisi berdampak kepada sektor real, berarti penyaluran kreditnya lebih lambat," tambahnya.

Baca Juga: Penerbitan Surat Utang Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Menurut Bhima dampaknya bukan hanya ke banknya, tapi juga likuiditas yang mengetat karena terjadi crowding out effect juga membuat penyaluran kredit perbankan ke sektor realnya juga terhambat. 

"Padahal sektor real sedang banyak mendapatkan dukungan, dan harus mendapatkan dukungan untuk bisa bertahan dan ekspansi pada tahun 2025 ke depan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×