kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Peningkatan NPL awal tahun dinilai wajar


Selasa, 27 Maret 2018 / 10:33 WIB
Peningkatan NPL awal tahun dinilai wajar
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah perbankan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Laju kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di awal tahun ini mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari data  Bank Indonesia (BI) pada Januari 2018.

Catatan BI menunjukkan, rasio NPL perbankan pada akhir Januari 2018 berada di level 2,9% secara gross. Sementara secara net, NPL mencapai 1,3% pada bulan yang sama. Bila dibandingkan dengan akhir tahun 2017, jumlah tersebut meningkat tipis dari level 2,6% gross dan 1,2% secara net.

Kenaikan ini dinilai BI sebagai tren musiman. NPL memang cenderung turun di akhir tahun lalu. Dus, bank sentral optimistis rasio NPL juga akan banyak mengalami penurunan di akhir 2018.

"Kami melihat NPL 2018 pastinya akan mengalami penurunan, karena sudah jadi komitmen bank untuk menurunkan NPL dengan dukungan kebijakan pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk memastikan NPL turun," ujar Direktur Makroprudensial BI Linda Maulidina, pekan lalu (22/3).

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Herry Sidharta mengatakan hal yang sama. Secara year to date (ytd), NPL perseroan mengalami peningkatan tipis kendati masih di bawah kenaikan NPL secara industri yang mencapai 0,3% secara ytd.

"Hal ini disebabkan karena turunnya outstanding kredit sesuai siklus awal tahun," ujar Herry kepada Kontan.co.id, Senin (26/3).

Bank berlogo 46 ini menyebut, NPL sebagian besar masih berasal dari debitur lama. Sedangkan tambahan NPL dari debitur baru masih relatif terjaga. Adapun, berdasarkan sektornya NPL banyak disumbang dari perindustrian, perdagangan, restoran dan hotel.

Sementara sampai dengan akhir kuartal I, BNI memproyeksi NPL masih akan relatif berada di level yang stabil.

"Angka NPL mash on track, kami optimis akan relatif stabil dengan posisi akhir tahun 2017 untuk kuartal I 2018," tambahnya.

Sekadar informasi saja, tahun lalu BNI mencatat NPL sebesar 2,3%. Angka tersebut turun dari posisi tahun 2016 yang mencapai 3%. Adapun, tahun ini bank bersandi emiten BBNI ini menargetkan NPL akan berada di level 2,3% sampai 2,5%.

Senada dengan BNI, Direktur Strategi, Risiko dan Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso menyebut, berdasarkan data empirik memang rata-rata pencapaian target di awal tahun menurun.

Hanya saja, secara eksponensial, hal ini akan meningkat pada triwulan III sampai akhir tahun. "Melihat hal ini, siklus NPL juga mengalami hal yang sama, yaitu menurun dari akhir tahun 2017. Demikian pula tren realisasi kredit yang turun dari tahun lalu, per Januari hanya 7%," ujarnya.

Mahelan menjelaskan, NPL BTN per Januari 2018 berada di level 2,8%. Angka ini meningkat dari akhir tahun 2017 yang berada di posisi 2,66%.

Sejalan dengan hal tersebut, kredit perseroan pun sampai Februari 2018 baru tumbuh 15%. Kendati tumbuh lebih lambat dari akhir tahun 2017 yang sempat menjulang ke level 22%.

"Hal ini dikarenakan pembangunan rumah baru mulai dilakukan kembali, juga ada pembenahan ketentuan terkait rumah subsidi," jelasnya.

Meski NPL cenderung meningkat, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Satyagraha menyebut bila dibanding awal tahun 2017 jumlah tersebut justru menurun.

Gambaran saja, per akhir Januari 2017 BI mencatat total NPL perbankan secara gross mencapai 3,1%. Lebih tinggi 20 basis poin (bps) dibanding rasio awal tahun 2018.

Hal serupa juga terjadi di Bank Jatim, catatan Ferdian posisi akhir Februari 2018 NPL berada di level 4,86%. Meski terbilang tinggi, secara tahunan jumlah tersebut menurun dari periode yang sama 2017 sebesar 4,89%.

"NPL korelasinya sangat kuat dengan ekspansi kredit yang umumnya mulai naik di bulan Juni. Bank Jatim per Februari NPL sedikit naik (secara ytd) di kisaran 4,9% karena kredit belum naik," ungkap Ferdi, sapaan akrab Ferdian.

Sebagai tambahan infromasi, berdasarkan statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per Januari 2018, tiga sektor dengan NPL tertinggi antara lain pertambangan dan penggalian sebesar 6,45%, perdagangan dan ritel 4,38% dan konstruksi 5,2%.

NPL pertambangan tercatat meningkat dibanding Januari 2017 sebesar 6,28%. Sementara sektor perdagangan dan konstruksi turun dari periode tahun lalu yakni 4,64% dan 4,51%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×