Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Target optimistis Bursa Efek Indonesia tahun ini akan menjadi lahan menarik bagi perusahaan sekuritas. BEI menargetkan initial public offering (IPO) 35 emiten baru, 60 rights issue dan 49 emisi obligasi pada 2015.
Aksi korporasi ini tentu memerlukan jasa penjaminan emisi. Tapi, banyaknya pelaku bisnis bank investasi menyebabkan persaingan tarif penjaminan emisi makin ketat.
Wiwit Gusnawan, Direktur Operasional PT Bahana Securities mengungkapkan, besaran tarif penjaminan emisi semakin turun, bahkan hampir sama dengan fee perdagangan sekunder. Misalnya, tarif penjaminan emisi obligasi Bahana sekitar 0,05%. Jika ada penjaminan emisi Rp 1 triliun, pihaknya hanya memperoleh Rp 500 juta.
Dus, Wiwit berpendapat, kondisi tersebut sudah tidak sehat karena imbal hasil yang diperoleh kurang sesuai dengan risiko yang mungkin timbul. "Menurut pendapat saya, idealnya minimal 1%. Bagaimana broker bisa berkembang kalau masalah struktural seperti ini tidak ada solusinya," ujar dia.
Wiwit berujar, pihaknya selalu selektif dan cermat dalam memilih mandat. Dengan begitu, Bahana bukan sekadar mengejar target tanpa memperhitungkan risiko.
Tahun lalu, bisnis advisory Bahana berkontribusi lebih tinggi ketimbang bisnis penjaminan emisi. Tapi, Wiwit menekankan, pihaknya tidak dapat memastikan kondisi serupa juga akan terjadi pada tahun ini. Ia menyatakan, sudah ada beberapa proyek yang masuk, baik IPO, obligasi maupun advisory.
Nah, memang Bahana menawarkan tarif penjaminan emisi yang lebih mini ketimbang penjamin emisi lain. Marciano Herman, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas mengatakan, selama ini Danareksa mengikuti tarif yang beredar di pasar.
Danareksa Sekuritas mematok fee penjaminan emisi obligasi antara 0,5%-1%. Sedangkan, tarif emisi saham mulai dari 1,25% hingga 4%.
Marciano menambahkan, lebih baik ada ketentuan yang menetapkan batas bawah dari tarif perusahaan-perusahaan sekuritas. "Harusnya seperti industri penerbangan, ada batas bawahnya agar kualitasnya terjaga," ujar Marciano.
Ia mencontohkan, ada patokan biaya administrasi. "Nilainya bisa sekitar 0,5% sampai 1%, tergantung nilai transaksinya," kata dia.
Sudah ideal
Selain hitungan biaya administrasi, perlu ada tambahan risiko penjaminan. Kalau melihat volatilitas pasar Indonesia, risiko penjaminan saham ini bisa sekitar 0,5% hingga 4%. Jadi, idealnya tarif penjaminan emisi saham minimal 1,5%. Nah, untuk emisi obligasi yang fluktuasi pasar lebih tipis, risiko penjaminan akan lebih mini antara 0,5%-1%.
Sedangkan, Laksono W. Widodo, Managing Director PT Mandiri Sekuritas Tbk (Mansek) mengatakan, kisaran tarif penjaminan emisi obligasi di Mansek sekitar 0,15% hingga 0,60%. Adapun, untuk penjaminan emisi saham, Mansek mematok ongkos antara 1,5% hingga 2,5%.
Laksono bilang, besaran tarif saat ini sudah ideal, sehingga dalam kurun waktu yang akan datang, Mansek belum memiliki rencana untuk menaikkan tarif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News