kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan Kredit Valas Semakin Tinggi, Likuiditas Perbankan Kian Seret


Senin, 12 September 2022 / 20:39 WIB
Permintaan Kredit Valas Semakin Tinggi, Likuiditas Perbankan Kian Seret
ILUSTRASI. Petugas teller memperlihatkan pecahan 100 dollar US di salah satu bank di Jakarta, jumat (5/2). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/02/2021.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas valuta asing (valas) di perbankan semakin seret. Kebutuhan pembiayaan valas di Tanah Air semakin meningkat di tengah pemulihan situasi ekonomi, sementara dana-dana asing banyak keluar seiring dengan naiknya suku bunga di negara-negara lain pasca The Fed menaikkan suku bunganya. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, loan to deposit ratio (LDR) valas bank umum per Mei 2022 sudah naik ke level 87,79% dari posisi 78,39% pada akhir 2021. LDR valas bank BUMN naik dari 83,1% menjadi 95,09%.

Sementara data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), DPK valas perbankan per Juli 2022 turun Rp 6 triliun dari bulan sebelumnya menjadi Rp 1.022 triliun. Namun, DPK valas per Juli tumbuh 7,4% secara tahunan (year on year/YoY), lebih tinggi dari bulan Juni yang tumbuh 7,04% YoY. Giro valas masih tumbuh 11,7% YoY jadi Rp 544 triliun pada Juli dan tabungan tumbuh 19,2% jadi Rp 186 triliun. Sedangkan deposito valas tercatat turun 5,5% YoY jadi Rp 291 triliun. 

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) salah satu yang mengalami kenaikan LDR valas meskipun masih dalam level yang longgar. Per Juni 2022, LDR valas bank ini mencapai 59,4%, naik dari 52,9% pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan kredit valas yang cukup tinggi yakni 22,8% YoY jadi Rp 41,2 triliun. Sedangkan DPK valas perseroan hanya tumbuh 9,3% YoY jadi Rp 69,3 triliun. 

Baca Juga: Bunga Tabungan di Bank Makin Tergerus Biaya Administrasi

EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA, Hera F. Haryn menyatakan, pertumbuhan DPK valas ini ditopang oleh CASA yang tumbuh 13%. Hal ini selaras dengan transaksi valas dimana transaksi yang paling banyak dilakukan adalah terkait ekspor-impor dan remmitances

"Sementara pertumbuhan kredit valas disebut ditopang kenaikan permintaan kredit modal kerja pada sektor manufaktur dan perdagangan," katanya pada KONTAN, Senin (12/9).

Hera bilang, BCA tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. Namun, ia tidak merinci apa startegi perseroan menghimpun DPK valas di tengah perebutan likuiditas valas yang semakin tinggi di dunia. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat LDR valas naik ke level 59,67% per Agustus 2022. Kredit valas bank ini memang meningkat semakin pesat sebesar 15,19% YoY menjadi Rp 93,36 triliun. Sedangkan DPK valas hanya naik 5,18% per Juni jadi Rp 144,98 triliun dan pada Agustus naik 7,92% dari posisi Juni.

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI, mengatakan permintaan kredit terbesar berada pada sektor Agribisnis, infrastruktur, transportasi, migas serta energi dan tambang. Sektor-sektor ini menyumbang 66,17% terhadap total kredit valas.

Untuk menjaga likuiditas valas di tengah permintaan kredit valas yang semakin pesat, BRI akan menyesuaikan bunga simpanan valas sesuai potensi pertumbuhan kredit.

"Fed Fund Rate yang berada pada level 2,25-2,50% mempengaruhi penyesuaian benchmark rate. BRI tetap fokus mendorong pertumbuhan DPK valas," kata Aestika. 

LDR valas Bank Mandiri juga mengalami peningkatan karena kenaikan kredit valas yang sudah mencapai 35,99% YoY per Juli. Sedangkan DPK valas hanya tumbuh 7,37%.

Baca Juga: Implementasikan UU Perbankan Syariah, Wapres: UUS Harus Lakukan Spin-Off

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha  mengatakan, di tengah kondisi tersebut, pihaknya akan terus melakukan langkah strategis untuk menjaga LDR valas sampai akhir tahun. Di antaranya, dengan optimalisasi pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing secara selektif dan terukur, melakukan kontrol dan monitoring atas pencairan kredit valas.

CIMB Niaga memiliki LDR valas sekitar 70% saat ini. Namun, Lani Darmawan Presiden Direktur bank ini mengatakan, likuiditas valas perseroan masih cukup bagus karena penyaluran kreditnya lebih difokuskan pada rupiah.

Senada, Direktur Wholesale Banking Bank Permata Darwin Wibowo mengatakan, likuiditas valas perseroan masih cukup baik meski terjadi tren kenaikan suku bunga valas saat ini. Hal itu lantaran penyaluran kredit valas Bank Pertama cenderung stabil di semester I.

"Portofolio kredit valas kami relatif kecil. Itu diberikan ke sektor yang berorientasi ekspor saja," ujarnya. 

Ia memperkirakan likuiditas valas Bank Permata ke depan masih tetap oke. Sebab, permintaan kredit valas perseroan di proyeksi kemungkinan akan turun karena kondisi bunga valas naik lebih cepat daripada bunga rupiah.

Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, Aviliani mengatakan, likuiditas valas mulai seret karena BI lebih lambat menaikkan suku bunga dari The Fed. Selain itu, kebutuhan valas investasi dan impor saat ini juga semakin meningkat seiring pemulihan ekonomi di Tanah Air. 

Walaupun BI sudah menaikkan bunga acuan 25 bps, namun Aviliani menilai diperlukan kerja keras untuk menjaga likuiditas valas saat ini mengingat suku bunga AS masih cukup tinggi dan bank sentral lainnya juga sudah mengerek bunga. Perebutan likuiditas valas di seluruh dunia akan semakin tinggi. Sedangkan di dalam negeri, pertumbuhan kredit valas semakin tinggi. 

Untuk menjaga likuiditas valas secara jangka panjang, Aviliani bilang, BI harus membuka kembali relaksasi aturan terkait dengan denda devisa hasil ekspor (DHE). 

"Untuk jangka panjang, yang paling bagus terkait DHE ini karena dengan itu bisa diprediksi kapan kebutuhan impor dan kapan kebutuhan ekspor. Kebijakan DHE ini perlu ditegakkan kembali tetapi mungkin harus lebih friendly sehingga orang tidak ketakutan uang mereka di Indonesia," kata Aviliani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×