kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.197   56,46   0,79%
  • KOMPAS100 1.106   11,25   1,03%
  • LQ45 878   11,38   1,31%
  • ISSI 221   1,04   0,47%
  • IDX30 449   5,97   1,35%
  • IDXHIDIV20 540   5,29   0,99%
  • IDX80 127   1,41   1,12%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perusahaan Asuransi Mulai Genjot Porsi Premi Segmen RItel, Begini Strateginya


Selasa, 20 Agustus 2024 / 21:36 WIB
Perusahaan Asuransi Mulai Genjot Porsi Premi Segmen RItel, Begini Strateginya
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan asuransi umum mayoritas masih andalkan pasar korporasi dalam mendulang premi./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/08/2023.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terbilang stagnan, di mana capaian pertumbuhan ekonomi triwulan II-2024 sebesar 5,05% (YoY). Hal ini membuat sejumlah perusahaan asuransi umum mayoritas masih andalkan pasar korporasi dalam mendulang premi. Namun, segmen ritel atau individu juga mulai diminati dan preminya mulai digenjot.

Salah satu perusahaan asuransi umum yang mulai minat masuk ke segmen ritel yaitu PT Asuransi Asei Indonesia (ASEI). Kepala Divisi Transformasi dan Inistiatif Strategic Asuransi Asei Indonesia, Wahyudin Rahman mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan diversifikasi produk dan portofolio ke ritel. 

Menurut dia, ritel diproyeksikan akan menopang pertumbuhan bisnis asuransi di masa mendatang. Hal ini didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat dan penambahan produk baru.

Wahyudin mengatakan, strategi yang dilakukan ASEI untuk menggenjot premi di segmen ritel yakni dengan membuat produk retail seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi medikal malpraktik, kemudian asuransi untuk pelajar dan lainnya. 

"Selain itu, kami juga melakukan kerja sama dengan multifinance dan institusi pendidikan dan wisata. Kami juga sesuaikan dengan produk retail dengan pemberian iuran premi yang lebih ekonomis dan terjangkau" kata Wahyudin kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8). 

Baca Juga: Soal Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik, Begini Usulan AAUI ke OJK

Dia juga mengatakan bahwa segmen ritel juga dianggap lebih stabil dan memberikan margin laba yang lebih besar ketimbang segmen korporasi.

Namun demikian dia menjelaskan bahwa segmen ritel memang memiliki premi yang lebih kecil dengan potensi menjaga surplus underwriting, akan tetapi administrasinya cukup tinggi  kecuali dapat dilakukan dengan digitalisasi atau Host to Host. Sedangkan untuk segmen korporasi diuntungkan dengan premi yang lebih besar  sehingga mendobrak pendapatan bruto dan tidak banyak administrasi. 

"Tetapi butuh usaha yang lebih keras dan apabila terjadi klaim akan menggerus surplus undewriting," imbuhnya. 

Wahyudin menyebutkan, saat ini porsi premi ritel masih dibawah 10% karena ASEI baru mulai minat di segmen ini pada Mei 2024. Dia memprediksi, porsi premi di segmen ritel akan tumbuh sebesar 20% pada akhir tahun. 

Sedangkan untuk porsi premi di segmen korporasi, Wahyudin bilang, masih cukup besar yakni 90%. Namun, dia memperkirakan porsinya akan turun menjadi 80% pada akhir tahun 2024, lantaran pihaknya sedang fokus untuk menggenjot premi di segmen ritel. 

"Jadi kami sedang mengurangi porsi premi di segmen ritel, agar portofolio kami balance," kata dia. 

Tak hanya ASEI, PT Tokio Marine Indonesia (TMI) juga sudah mulai fokus untuk menggenjot premi di segmen ritel. Menurut dia, segmen ritel mempunyai sejumlah kelebihan ketimbang korporasi atau perusahaan. Salah satunya yaitu, dari nilai pertanggungan ritel relatif kecil sehingga dalam pencatatan hasil underwriting akan lebih menguntungkan.

Baca Juga: AAUI Sebut Pengguna Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Mengalami Peningkatan

"Tak hanya itu, segmen ritel mayoritas preminya 100%  di pusat asuransi. Sehingga uangnya itu masih banyak diterima oleh pusat asuransi, dan juga itu bisa di investasikan atau menjadi keuntungan yang lebih besar," ujar Chief Distribution Officer TMI, Muhammad Ali kepada Kontan.co.id, di Kantor Pusat TMI, Jakarta, Selasa (20/8). 

Untuk itu, Ali menuturkan bahwa TMI meluncurkan beberapa produk-produk yang cukup unik, misalnya cyber insurance, yang untuk personal, sehingga lebih kepada produk-produk retail yang sifatnya lifestyle.

Tak hanya itu, strategi lainnya yang dilakukan yakni, dengan meluncurkan produk UKM Partner, di mana produk asuransi ini dikhususkan untuk pangsa pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

Dia mengatakan, latar belakang dilakukannya peluncuran produk UKM Partner ini karena UMKM memegang peran vital dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlah mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha.

Pada 2023, pelaku usaha UMKM mencapai jumlah sekitar 66 juta. Kontribusi UMKM sebesar 61% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp 9.580 triliun. Sementara itu, UMKM menyerap sekitar 117 juta pekerja (97%) dari total angkatan tenaga kerja.

Dengan begitu, Ali menuturkan bahwa TMI menargetkan 10.000 nasabah di tahun pertama, lalu diperkirakan akan tumbuh di tahun berikutnya menjadi 26.000 nasabah, dan di tahun 2026 nasabah diproyeksikan akan tembus 50.000 UMKM.

Meski begitu, Ali menyebutkan bahwa porsi premi dari segmen korporasi dan ritel saat ini masih sama, yaitu masing-masing sebesar 50%. 

"Maka saat ini TMI akan fokus untuk menggenjot premi di segmen ritel, agar porsi preminya lebih besar di ritel pada akhir tahun nanti," imbuhnya. 

Baca Juga: OJK Terbitkan POJK Baru Tentang SLIK, Ini Tanggapan Pengamat Asuransi

Segmen Ritel Punya Potensi Pasar yang Baik Bagi Industri Asuransi Nasional

Selaras dengan hal ini, Pengamat Asuransi dan Dosen Program MM-Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM Kapler Marpaung menilai, bisnis asuransi di segmen ritel sebenarnya memiliki potensi pasar yang baik bagi industri asuransi nasional. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor komsumsi. 

"Nah sektor konsumsi itu kalau dikaitkan dengan jenis risiko di industri asuransi nasional, ya masuk asuransi segmen ritel, seperti kendaraan bermotor, kecelakaan diri, kesehatan, travel, asuransi jiwa, pengangkutan," kata Maarpaung kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8). 

Selain itu, Marpaung mengatakan bahwa segmen ritel lebih baik dari aspek pengelolaan risiko dan permodalannya karena relatif lebih mudah dibandingkan mengelola sektor korporasi. Di mana, sektor korporasi membutuhkan modal dan kapasitas reasuransi yang besar dan risiko klaimnya yang sangat besar. 

"Tapi segmen ritel juga kalau tidak dikelola dengan baik dan tidak ada dukungan dari SDM yang profesional, serta IT yang baik, maka bisa juga menimbulkan kerugian besar kepada perusahaan," imbuhnya. 

Marpaung memprediksi, porsi premi di segmen ritel akan mencapai 60% pada akhir tahun. Menurut dia, pangsa pasar ritel dalam jangka pendek ini masih akan bertumbuh dan tetap pangsa pasarnya lebih besar dari korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×