kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pinjaman luar negeri multifinance naik


Sabtu, 08 Agustus 2015 / 14:03 WIB
Pinjaman luar negeri multifinance naik


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Industri pembiayaan getol memburu dana hingga ke luar negeri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total pinjaman luar negeri multifinance di semester pertama tahun ini naik 11,03% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Per Juni 2015, jumlah utang luar negeri multifinance tembus Rp 121,26 triliun. Sedang pada semester pertama tahun 2014, nilai pinjaman luar negeri perusahaan pembiayaan hanya Rp 109,21 triliun.

Di sisi lain, sumber dana dari dalam negeri susut 4,3% secara year on year (yoy). Dalam enam bulan pertama tahun ini, pinjaman dalam negeri multifinance mencapai 52,84% dari total utang atau sekitar Rp 135,87 triliun.

Pada periode yang sama tahun sebelumnya, porsi pinjaman dalam negeri sebesar 56,54% dari keseluruhan utang atawa sebanyak Rp 142,1 triliun. Alasan multifinance meminjam dari luar negeri adalah, lantaran menawarkan suku bunga yang lebih rendah ketimbang perbankan dalam negeri. Alhasil, biaya pinjaman mereka lebih murah.

Anta Winarta, Direktur Utama PT Bess Finance menuturkan, perusahaannya harus mencari sumber dana yang kompetitif di tengah seretnya industri pembiayaan. Apalagi, suku bunga relatif tidak berubah. Sementara biaya operasional terus mendaki.

Walaupun demikian, Bess Finance tak menganggap remeh perbankan lokal. "Buat perusahaan kami, pendanaan asing hanya sebagai diversifikasi, bukan penyanggah utama," kata Anta kemarin.

Jika dilihat dari total sumber pembiayaan multifinance, pinjaman perbankan masih mendominasi ketimbang penerbitan surat utang. Nilai penerbitan obligasi terus menciut.

Pada April 2015, nilai surat utang yang diterbitkan multifinance mencapai Rp 57,59 triliun. Di akhir Juni, nilai surat utang yang dirilis multifinance hanya Rp 55,88 triliun.

Pada semester kedua tahun ini, penerbitan surat berharga oleh perusahaan multifinance makin sepi. Banyak perusahaan pembiayaan yang lebih memilih utang ke bank daripada merilis obligasi. PT Buana Finance Tbk, misalnya.

Antony Muljanto, Direktur Buana Finance, bilang, perusahaannya akan mengamankan pendanaan dari bank guna mencapai target pembiayaan Rp 1,8 triliun. Sedang PT Bima Multi Finance akan menerbitkan surat utang Rp 300 miliar jika pembiayaan di kuartal ketiga meningkat. "Pembiayaan naik, baru kami berencana menerbitkan surat utang," ujar Wina Ratnawati, Direktur Utama Bima Multi Finance. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×