kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi Diperpanjang Secara Targeted, Potensi Kenaikan NPL Perbankan Tertahan


Senin, 28 November 2022 / 19:27 WIB
Restrukturisasi Diperpanjang Secara Targeted, Potensi Kenaikan NPL Perbankan Tertahan
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi pada kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (2/6/2022). Restrukturisasi Diperpanjang Secara Targeted, Potensi Kenaikan NPL Perbankan Tertahan.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli

Sementara untuk sektor-sektor yang tidak masuk dalam kategori yang diperpanjang OJK hingga 2024, BRI sudah mengalokasikan pencadangan sebelumnya untuk mengantisipasi pemburukan aset. 

Direktur Manajemen Risiko Agus Sudiarto mengatakan, LAR restrukturisasi Covid-19 BRI mencapai 7,7%. Adapun pencadangan untuk restrukturisasi Covid-19 saja mencapai Rp 29,95 triliun atau 25,7% terhadap LAR.

Sedangkan dari pemetaan yang sudah dilakukan BRI selama ini, hanya 10% dari total restrukturisasi Covid-19 yang benar-benar tidak dapat diselamatkan. Sehingga bank ini melihat pencadangan 25,7% sudah sangat cukup mengantisipasi risiko ke depan tanpa memperhitungkan perpanjangan secara targeted tadi.

Adapun NPL BRI per September 2022 tercatat berada di level 3,14%. Itu turun dari 3,29% pada September tahun lalu. BRI telah mengalokasikan pencadangan terhadap NPL sebesar 275,88%, naik dari 259,7% pada September 2021. 

Baca Juga: Ini Strategi Bank BJB dalam Melakukan Ekspansi Kredit Tahun 2023

BNI mencatat outstanding restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 59,5 triliun per September. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyambut baik perpanjangan restrukturisasi pada sektor dan industri tertentu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada mengatakan, dari pemetaan yang dilakukan, hanya 5% dari debitur restrukturisasi covid  yang masuk kategori high risk. 

Lalu sebesar 60% debitur high risk tersebut berada pada sektor-sektor yang diperpanjang stimulusnya oleh regulator. Itu artinya, potensi kenaikan NPL BNI tahun depan akan lebih tertahan. 

“Untuk pencadangan, kami sudah melakukan build up pencadangan yang cukup sesuai dengan profil risiko dari debitur kami. Untuk debitur restrukturisasi Covid-19 yang masuk kategori high risk sudah kami provisioning dengan rata-rata CKPN rasio 30%,” jelas David.

Ia memprediksi akhir tahun 2022 hingga 2023,  BNI akan tetap menjaga NPL Coverage Ratio di atas 270%. Seiring dengan itu, bank bersandi saham BBNI ini juga akan mempertahankan LAR Coverage Ratio di atas 40%.

Baca Juga: Antisipasi Risiko NPL Restrukturisasi Covid, BRI Siapkan Pencadangan Rp 29,9 Triliun

Bank BJB menyambut baik kebijakan perpanjangan restrukturisasi secara targeted tersebut. Yuddy Renaldi Direktur Utama Bank BJB mengatakan, kebijakan itu sesuai ekspektasi perseroan karena setiap sektor akan berbeda waktu pemulihannya. 

Adap sektor yang memang mendapat dampak berat akibat Covid-19 sehingga butuh waktu lebih lama untuk pulih.

Menurutnya, kebijakan itu akan memberikan waktu lebih panjang bagi sektor yang terdampak lebih dalam untuk kembali pulih sehingga tidak memberikan tekanan yang terlalu berat pada perbankan dan sekaligus menjaga momentum pemulihan ekonomi yang saat ini.

Ia menambahkan, outstanding restrukrisasi Covid-19 Bank BJB saat ini hanya 1,5% dari total kreditnya. Itu turun dari 30% pada puncaknya. Penurunan itu sebagian besar dikarenakan sudah kembali normal.

"Sedangkan yang berpotensi turun jadi kredit bermasalah atau NPL karena kemampuan yang tidak kembali pulih hanya 1,9% dari total restrukturisasi covid." kata Yuddy.

LAR Bank BJB pun terus menurun. Per September 2022 ada di level 6,4%, turun dari 7,7% pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan NPL tercatat 1,1%, turun dari 1,4% pada September 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×