Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, pemain dana pensiun mulai berburu saham murah. Namun hal itu tidak berlaku bagi Dana Pensiun PT Bank Tabungan Negara (Persero).
Direktur Utama Dapen BTN Mas Guntur Dwi Sulistyanto mengaku, untuk sementara waktu pihaknya tidak melakukan investasi baru ke saham justru berencana mengalihkan ke instrumen fixed income yang berjangka pendek.
Baca Juga: Bertumpu KTA tahun depan, BNI dan BTN pilih strategi berbeda
“Sementara (tidak belanja saham) sesuai strategi investasi Dapen BTN ketika kondisi IHSG turun,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Rabu (18/3).
Selain itu, perusahaan juga disiplin terhadap arahan investasi saham di pasar modal dengan nilai kurang dari 4,5% dari total investasi. Untuk outstanding investasi saham, ia berkomitmen terhadap kebijakan cut loss atau cut gain sesuai arahan investasi.
Baca Juga: Juli 2018, Dapen BTN bukukan imbal hasil lebih dari 9%
Jika merujuk laporan keuangan 2017, Dapen BTN mengandalkan tiga instrumen investasi yakni obligasi, surat berharga negara (SBN) dan deposito berjangka. Nyatanya ketiga instrumen tersebut masih jadi andalan hingga saat ini.
“Tiga instrumen investasi itu yang paling aman untuk imbal hasil dan kebutuhan arus kas,” ungkapnya.
Baca Juga: Dana Pensiun BTN kelola dana hampir Rp 2 triliun
Dengan kondisi market tertekan, perusahaan menargetkan dana kelolaan tahun ini cenderung konservatif. Yang terpenting adalah porsi dan arahan investasi yang lebih berhati-hati dalam menghadapi dinamika pasar.
“Pada 2020 kami konservatif dalam menjalankan bisnis sesuai amanah dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pendiri dan peserta,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News