Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas longgar masih dimiliki oleh bank-bank besar yang masuk dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4. Oleh karenanya, bank-bank tersebut menempatkan dana ke beberapa instrumen saat penyaluran kredit sempat melambat.
Seperti diketahui, penyaluran kredit memang sempat mengalami perlambatan di separuh pertama tahun ini. Meskipun, dua bulan terakhir, laju pertumbuhan kredit sudah mulai ngebut dengan di Agustus 2023 sudah tumbuh 9,06% secara tahunan (yoy).
Adapun, instrumen yang paling banyak dipilih bank-bank KBMI 4 untuk menempatkan dana di surat berharga. Sebagai contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan dana yang ditempatkan pada surat berharga senilai Rp 280,78 triliun atau tumbuh 19,02% yoy.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn membenarkan bahwa surat berharga memang menjadi instrumen yang paling banyak ditempatkan dananya. Menurutnya, itu sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan.
“Ini juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” ujar Hera.
Baca Juga: Tabungan Nasabah Tajir di Sejumlah Bank Makin Gendut
Meski demikian, BCA tetap memenuhi kewajiban untuk penempatan dana di Bank Indonesia. Di mana, nilainya mencapai Rp 112,67 triliun atau turun 1,64% yoy.
Ia juga menambahkan BCA akan senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat. Sejalan dengan fungsi utama dari perbankan adalah sebagai sarana intermediasi.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan bahwa saat ini memang kondisi likuiditas BRI saat ini dalam kondisi ample dan memadai. Likuiditas tersebut terbagi ke dalam 2 pos yakni investment dan liquidity.
Untuk pos investmen, Hendy bilang BRI menempatkan pada instrumen obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Penempatan dana pada surat berharga BRI per Agustus 2023 senilai Rp 310,66 triliun atau terkoreksi 4,09% yoy.
Sedangkan untuk pos liquidity, BRI lebih banyak menempatkan pada instrumen penempatan pada antar bank dan juga Bank Indonesia.
“Besaran proporsi pada penempatan tersebut mengikuti strategi likuiditas dan juga ketentuan internal BRI,” ujarnya.
Baca Juga: Dirut BBNI Optimistis Fundamental Ekonomi RI yang Solid Topang Bisnis Perbankan
Hendy pun memproyeksikan untuk kondisi likuiditas perbankan ke depan akan cenderung sama seperti kondisi saat ini yakni masih dalam kondisi ample.
“Saat ini penempatan dana pada instrumen obligasi pemerintah masih menjadi instrumen dengan imbal hasil paling atraktif,” ujarnya.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menambahkan selalu mengelola likuiditas dengan prinsip kehati-hatian, selalu memenuhi kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia, serta melaksanakan fungsi intermediasi dalam ekspansi bisnis.
Apabila terdapat ekses likuiditas,Rudi bilang optimalisasi dapat dilakukan melalui pendalaman pasar keuangan melalui berbagai macam instrumen salah satunya melalui instrumen treasury.
“Optimistis bahwa DPK akan tetap tumbuh dengan optimal di tahun 2023 sehingga dapat menopang kebutuhan untuk ekspansi kredit yang sehat dengan tetap menjaga keseimbangan kecukupan likuiditas,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News