Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan pegadaian swasta di Indonesia sedang merencanakan penambahan modal untuk memperluas bisnis mereka. Salah satu perusahaan yang berencana menambah modal adalah PT Indonesia Gadai Oke.
Direktur PT Indonesia Gadai Oke, Danioko Sastra Sembiring, menyatakan bahwa permodalan perusahaan saat ini sebesar Rp 2,5 miliar. Modal awal perusahaan berasal dari pemegang saham dengan jumlah Rp 500 juta.
"Adapun modal awal untuk pendirian perusahaan yaitu sebesar Rp 500 juta," ujarnya kepada Kontan, Rabu (19/6).
Danioko mengungkapkan bahwa seiring berjalannya waktu, perusahaan juga meminjam dari bank untuk menambah modal usaha. Saat ini, perusahaan belum menerbitkan obligasi, namun tidak menutup kemungkinan akan menerbitkannya di masa depan.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Gadai Catat Pertumbuhan Nilai Transaksi Hingga Mei 2024
"Seiring berjalannya waktu dan perusahaan bertumbuh, Indonesia Gadai Oke merencanakan untuk penerbitan obligasi," ungkapnya.
Selain itu, perusahaan juga akan mencari investor baru dan tambahan pinjaman dari bank. "Modal tersebut akan digunakan untuk kebutuhan operasional kerja perusahaan. Saat ini, perusahaan sudah dalam tahap pembukaan provinsi dan akan menuju tahap nasional ke depannya," tuturnya.
Terkait tren suku bunga yang masih tinggi, Danioko menyebut hal itu tidak menjadi kendala karena perusahaan mampu membayar bunga tersebut dengan pendapatan operasional yang ada. "Jika suku bunga masih dalam tahap wajar dan perusahaan mampu untuk membayarnya, tidak akan menjadi kendala bagi perusahaan," katanya.
Danioko juga melaporkan bahwa total transaksi gadai perusahaan sejak Januari 2024 hingga Mei 2024 mencapai Rp 18,3 miliar, tumbuh 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 17,1 miliar.
Baca Juga: Ini Cara Gadai Barang di Pegadaian dan Daftar Barang yang Bisa Digadaikan
PT Budi Gadai Indonesia asal Sumatra Utara juga berencana menambah modal untuk ekspansi bisnis. Direktur PT Budi Gadai Indonesia, Budiarto Sembiring, menyatakan bahwa tambahan modal ini akan digunakan untuk meningkatkan cakupan wilayah usaha ke tingkat nasional.
"Perusahaan mempunyai rencana untuk melakukan penambahan modal ke depannya. Dana itu nantinya akan digunakan sebagai syarat untuk menaikkan cakupan wilayah usaha ke tingkat nasional," ujarnya kepada Kontan, Rabu (19/6).
Budiarto menjelaskan bahwa modal perusahaan saat ini sebesar Rp 13,5 miliar, berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank. "Saat ini, modal yang dimiliki perusahaan sekitar Rp 13,5 miliar," katanya.
Saat ini, perusahaan tidak menerbitkan obligasi dan hanya menggunakan modal sendiri dan pinjaman dari Bank Mandiri untuk pengembangan usaha. Budiarto juga melaporkan bahwa total transaksi gadai perusahaan dari Januari 2024 hingga Mei 2024 mencapai Rp 85,2 miliar, tumbuh 27,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, PT Mari Gadai Sejahtera juga berencana menambah modal meski menghadapi beberapa hambatan, terutama terkait pinjaman dari bank.
Direktur PT Mari Gadai Sejahtera, Hartama Purba, menyebutkan bahwa jika limit pinjaman bank sudah mentok, perusahaan terpaksa menaikkan bunga layanan kepada nasabah. "Kalau bank sudah mentok limit pinjaman, pada akhirnya kami terpaksa menaikkan layanan bunga ke nasabah," katanya.
Baca Juga: Kinerja Pegadaian Terkerek Kenaikan Harga Emas
Hartama menjelaskan bahwa jika limit pinjaman bank sudah habis, perusahaan harus mencari aset pribadi untuk diagunkan atau mencari investor dengan imbal hasil tinggi untuk pengembangan bisnis, termasuk membuka cabang baru.
"Kalau limit pinjaman bank sudah habis, mau tak mau harus mencari aset pribadi yang bisa diagunkan untuk menambah pinjaman. Kalau tak bisa lagi, saya harus mencari investor dengan imbal hasil yang cukup tinggi," tuturnya.
Dia juga melaporkan bahwa bisnis gadai perusahaan tumbuh 100% pada Mei 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, meskipun sempat terganggu oleh pandemi Covid-19 di awal 2023. "Bisnis gadai perusahaan sempat terganggu karena adanya pandemi Covid-19 karena tidak ada mobilisasi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News