Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Selain untuk memperoleh modal kerja, aksi PT Indra Baruprana Finance (IBF) melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) ternyata juga untuk membayar utang usaha ke kreditur grup dan non grup. Masing-masing penggunaan dananya sebesar fifty-fifty.
Direktur Utama IBF Jap Hartono mengatakan, pihaknya membutuhkan tambahan modal kerja untuk aktivitas usaha pembiayaan alat berat. Rencananya, dana yang diperoleh dari aksi go public akan digunakan untuk modal kerja pembiayaan tahun ini dan tahun depan.
Hingga akhir tahun nanti, perseroan menargetkan menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 1,1 triliun. Sampai kuartal ketiga tahun ini, perseroan tercatat telah menyalurkan pembiayaan sebanyak 76% dari target atau sekitar Rp 850 miliar. Pembiayaan itu mengalir antara lain ke sektor tambang 49%.
“Kami juga merencanakan menggunakan dana IPO sekitar 50% untuk pembayaran utang usaha atau utang dagang kepada kreditur grup maupun non grup,” ujarnya tanpa merinci jumlah utang dagang perseroan ditemui usai Due Diligence Meeting & Public Expose IBF, Kamis (6/11).
Namun, berdasarkan prospektus singkat perseroan di media massa, total liabilitasnya mencapai Rp 2,145 triliun. Sebanyak Rp 343 miliar di antaranya adalah utang usaha, terdiri dari Rp 211 utang usaha dengan pihak berelasi dan Rp 132 miliar merupakan utang usaha dengan pihak ketiga. Jumlah itu belum termasuk dengan utang lain-lain.
IBF merupakan perusahaan pembiayaan yang menawarkan solusi pembiayaan sesuai dengan kebutuhan pendanaan investasi maupun modal kerja nasabah. Perusahaan yang akan go public ini dimiliki oleh PT Intraco Penta Tbk sebanyak 79,72% saham, PT Inta Trading 10,57%, Phillip Asia Pacific Opportunity Fund Ltd 9,70% dan Koperasi Karyawan INTA 0,01%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News