Reporter: Titis Nurdiana | Editor: S.S. Kurniawan
Imbal hasil ini menggiurkan, lebih tinggi dari imbal hasil atau bunga deposito perbankan per tahun di tahun 2018 yang di kisaran 5% sampai 7% per tahun.
Adapun pencairan produk JS Saving Plan Jiwasraya ini bisa dilakukan setiap tahun, tergantung masa polis investor JS Saving Plan Jiwasaraya.
Menariknya untuk bisa menghasilkan imbal hasil atau return tinggi segede 9% sampai 13% per tahun, Jiwasraya bekerjasama dengan 13 manajer investasi. Dan, disinilah terungkap fakta-fakta aksi Jiwasraya menghasilkan return.
Baca Juga: Ini isi surat-menyurat pemerintah menyelamatkan Jiwasraya
1. Ada dugaan kesalahan pembentukan harga produk atau investasi atas JS Saving Plan Jiwasaraya tersebut alias mispricing.
Mispricing adalah kondisi harga saham dinilai overvalue atau undervalue dari nilai wajarnya. Implikasinya: jika saham dinilai overvalue dari nilai wajarnya, maka perusahaan akan mengeluarkan saham baru.
Sebaliknya, jika saham dinilai undervalue dari nilai wajarnya, maka perusahaan cenderung akan menerbitkan utang dan membeli kembali sahamnya.
Dengan guaranted return 9%-13%, lebih tinggi dari pertumbuhan IHSG dan yield obligasi serta dapat dicairkan setiap tahun, Jiwasraya terus terkena risiko pasar," tulis dokumen tersebut, Kamis (19/12).
Imbal hasil dari obligasi korporasi dengan rating singleA (idA) hingga tripleA (AAA) berkisar 8%-9,5% per tahun. Adapun sepanjang tahun 2018, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya 2,3%.
2. Manajemen Jiwasraya diduga lemah dalam menjalankan prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi.
Berdasarkan perincian aset investasi Jiwasraya, investasi JS Saving Plan pada saham-saham dan reksadana yang berisiko tinggi atau high risk. Perinciannya sebagai berikut:
- Saham
Porsi investasi saham dalam portfolio JS Saving Plan sebesar 22,4% atau sebanyak Rp 7 triliun, dari jumlah aset finansial. Sebanyak 5% portfolio itu berisi saham-saham di Indeks LQ45 (45 saham unggulan dan paling likuid di Bursa Efek Indonesia), sementara sisanya di luar LQ45.
Baca Juga: Mantan direksi Jiwasraya dikabarkan kabur ke luar negeri, ini kata Kejagung
- Reksadana
Alokasi reksadana Saving Plan Jiwarsrya sebesar 59,1% atau sebesar Rp 14,9 triliun dari jumlah aset finansial. Dari jumlah ini, hanya 2% yang dikelola oleh top tier perusahaan manajer investasi (MI), sementara sisanya di luar perusahaan MI lainnya.
Selain itu, berkas dokumen yang sama menyebut, Jiwasraya tidak menerapkan portofolio manajemen lantaran tak memiliki portofolio guideline yang mengatur alokasi investasi maksimum pada high risk assetse. Alhasil, dengan kondisi pasar saat ini, mayoritas aset investasi tidak dapat diperjualbelikan alias tidak likuid.