Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat pada Oktober 2023, simpanan nasabah yang nilainya di atas Rp 2 Miliar kian menggendut. Bahkan, pertumbuhannya hampir dua kali lipat dibandingkan DPK secara total.
Kondisi tersebut terjadi pada simpanan nasabah dengan nominal antara Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar yang berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mampu tumbuh 7,5% secara tahunan (YoY). Di mana, total DPK di periode yang sama tumbuh 3,4% YoY.
Jika dilihat secara bulanan, simpanan di atas Rp 5 miliar menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di periode tersebut. Simpanan dengan nominal di atas Rp 5 miliar tercatat tumbuh 1,2% secara bulanan dengan nilai mencapai Rp 4.384 triliun.
Di sisi lain, simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp 100 juta hanya mampu tumbuh 3,6% secara tahunan dan 0,2% secara bulanan. Nilainya mencapai Rp 1.007 triliun atau berkontribusi 12,18% dari total simpanan.
Baca Juga: Kencangnya Laju Kredit Menggerus Rasio Permodalan Bank-Bank Kecil
Ekonom Universitas Bina Nusantara (Binus) Doddy Ariefianto melihat kondisi ini lebih disebabkan karena nasabah yang berasal dari korporasi dengan simpanan besar tersebut lebih banyak menahan ekspansinya di tahun pemilu mendatang. Meski, sebenarnya ini tak terlalu banyak dikhawatirkan oleh korporasi.
Tak hanya itu, ia menilai kondisi ini juga bisa disebabkan oleh individu-individu kaya yang memang mempersiapkan dananya untuk keperluan kampanye. Mengingat, bukan tidak mungkin orang-orang kaya ini juga turut mendanai berlangsungnya kampanye.
“Jadi bulan-bulan sekarang hingga menjelang pencoblosan itu uangnya baru dipakai,” ujar Doddy.
Ironisnya, ia juga melihat untuk simpanan-simpanan nasabah yang kecil ini terdampak oleh perekonomian yang sedang lesu akhir-akhir ini. Akibatnya, jangankan menabung, dana yang ada pun digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
“Bahkan ada yang sering kita sebut dengan istilah nasabah mantab, makan tabungan,” ujarnya.
Sependapat, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai pengusaha-pengusaha ini memilih untuk memarkirkan dananya di bank karena sedang menunggu hasil pemilu, apakah aman dan pro pengusaha atau tidak.
Baca Juga: Menanti Merger Bank Nobu dan MNC Bank yang Tak Kunjung Kelar
Oleh karenanya, tren peningkatan simpanan nasabah yang di atas Rp 2 miliar ini bisa terjadi paling tidak sampai pertengahan tahun depan. Dengan harapan, perhelatan politik juga berlangsung secara aman dan lancar.
“Kalau yang simpanan kecil banyak nasabah menggerus tabungan untuk konsumsi dan kondisi tersebut kurang bagus,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyebutkan bahwa pertumbuhan nasabah dengan simpanan besar tersebut memang tumbuh tinggi. Hanya saja, ia bilang itu tak signifikan dan tak merinci kontribusinya.
Menurutnya, segmen masyarakat dengan pendapatan besar dan pengusaha masih menahan diri untuk berinvestasi di sektor usaha. Hingga pada akhirnya, memilih untuk menempatkan di deposito atau tabungan.
“Untuk perusahaan dan investasi yang lebih besar, faktor tahun politik pemilu berpengaruh,” ujarnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Direktur Distribution & Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Jasmin yang bilang dampak suku bunga acuan yang tinggi turut menopang pertumbuhan tersebut. Mengingat, suku bunga acuan juga mendongkrak suku bunga simpanan.
Ia menilai nasabah dengan saldo besar tersebut memanfaatkan kondisi ini untuk meningkatkan porsi dana simpanan di bank. Berbeda dengan nasabah yang memiliki saldo di bawah Rp 200 juta yang tingkat konsumsinya lebih banyak.
“Suku bunga dana mulai naik dan cukup menarik buat deposan-deposan besar apalagi menjelang akhir tahun,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News