kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak Efisein Karena Beban Biaya Tinggi, Sejumlah Bank Ini Catat Rasio BOPO Tinggi


Rabu, 13 Maret 2024 / 21:33 WIB
Tidak Efisein Karena Beban Biaya Tinggi, Sejumlah Bank Ini Catat Rasio BOPO Tinggi
ILUSTRASI. Beban operasional yang tinggi menyebabkan bank menjadi kurang efisien.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban operasional yang tinggi menyebabkan bank menjadi kurang efisien. Ini berdampak pada penurunan profit bank.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum naik tipis secara tahunan atawa year on year (YoY) dari 78,65% menjadi 78,92% per Desember 2023. Kenaikan rasio tersebut disebabkan oleh naiknya beban operasional bank umum dari Rp 933,29 triliun menjadi Rp 1.141,73 triliun per Desember 2023.

Meski demikian, angka rasio tersebut masih dikatakan ideal. Mengingat Bank Indonesia (BI) telah menetapkan benchmark rasio BOPO ideal, yakni maksimal di angka 85%.

Dalam temuan Kontan.co.id, terdapat sejumlah bank yang sudah melampaui batas ideal rasio BOPO Bank Umum, bahkan juga berada di atas rasio BOPO rata-rata industri perbankan. Artinya bank ini bisa dikatakan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya.

Baca Juga: Rugi Bank Commonwealth Membengkak Jadi Rp 788,68 Miliar di Tahun 2023

Di antara bank tersebut adalah PT Bank Commonwealth atau Commonwealth Indonesia yang mencatat rasio BOPO 154,17% per Desember 2023. Rasio BOPO ini naik dari posisi 122,93% per Desember 2022. 

Sejalan dengan itu cost to income ratio (CIR) bank ini juga tinggi yakni mencapai 153,79%. Angka ini naik dari posisi 111,21% per Desember 2022.

Adapun berdasarkan laporan keuangan Commonwealth Indonesia, salah satu penyebab rasio BOPO dan CIR ini naik adalah karena beban operasional yang meningkat 24,74% menjadi Rp 1,3 triliun pada tahun 2023. Di tahun sebelumnya, beban operasional Commonwealth sebesar Rp 1,04 triliun.

Selain Commonwealth Indonesia, ada PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC yang juga mencatat rasio BOPO yang tinggi, yakni mencapai 112,27% per Desember 2023 lalu. Angka ini telah menurun dari sebelumnya 127,28% per Desember 2022. 

Sejalan dengan itu Rasio CIR BNC juga tercatat menurun menjadi 41,52% per Desember 2023 dari sebelumnya 86,62% pada Desember 2022. 

Baca Juga: UOB Indonesia Catat Penurunan Laba 29% Jadi Rp 674,96 Miliar Pada Tahun 2023

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, selain beban operasional yang tinggi yang menjadi penyebab utanya tingginya rasio BOPO, efek suku bunga tinggi juga menjadi salah satu penyebabnya.

"Cost of fund juga berpengaruh terhadap rasio BOPO, sehingga selama bank-bank, khususnya bank digital juga yang kerap kasih bunga tinggi, tentu beban bunganya menjadi tinggi, dan salah satu pengungkit naiknya rasio BOPO," kata Amin kepada Kontan, Rabu (13/3). 

Di sisi lain, beberapa bank yang rasio BOPO naik pada tahun lalu adalah PT Bank UOB Indonesia yang naik menjadi 92,31% per Desember 2023, dari sebelumnya 87,74% per Desember 2022. Rasio CIR bank ini juga cukup tinggi yakni mencapai 77,39% per Desember 2023, naik dari 61,24% pada tahun sebelumnya.

Ada juga PT Bank BTPN Tbk (BTPN), yang rasio BOPO naik menjadi 83,83% per Desember 2023, dari sebelumnya 80,02% per Desember 2022. Rasio CIR juga ikut naik dari 54,96% menjadi 58,30% per Desember 2023.

Jika melihat laporan keuangan BTPN tahun lalu, pencadangan yang tinggi (CKPN) masih menjadi salah satu penyebab bank naiknya beban operasional bank. Tercatat BTPN menaikkan pencadangan dari Rp 2,59 triliun pada 2022 menjadi Rp3,01 triliun pada 2023. 

Baca Juga: BRI Catat Outstanding Pinjaman Segmen Ultra Mikro Mencapai Rp611,2 triliun

Sebelumnya Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi  industri perbankan Indonesia tidak terkecuali BTPN di sepanjang tahun 2023 dengan meningkatnya suku bunga.

Asal tahu saja, ketika bank membentuk cadangan untuk menghadapi risiko kredit, biaya ini termasuk dalam beban operasional. Sehingga jumlah pencadangan yang lebih tinggi akan meningkatkan beban operasional bank.

Di sisi lain, ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang rasio BOPO naik tipis dari 86% menjadi 86,10% per Desember 2023. 

Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan kenaikan rasio BOPO yang sebesar 10 bps tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bunga yang dialami BTN. Ramon merinci, beban bunga Bank BTN naik 36,4% yoy. 

"Namun kenaikan beban bunga ini masih dapat dijaga dengan baik, mengingat BI sendiri telah menaikkan suku bunga sebesar 250 bps atau tumbuh 71,4% sejak kenaikan pertama," kata dia kepada Kontan, Rabu (13/3).

Baca Juga: Kerugian Bank Neo Commerce (BBYB) Menciut 27,36% Jadi Rp 573 Miliar di Tahun 2023

Dari sisi biaya operasional, Ramon menyebut beban operasional selain CKPN menunjukkan perbaikan dan turun 1,0% yoy pada 31 Desember 2023. Hal tersebut terjadi karena beberapa strategi efisiensi yang dilakukan BTN, yakni mencakup sentralisasi pengadaan, operasional dan human capital yang telah dilakukan.

"Bank BTN akan terus mengupayakan rasio BOPO untuk terus dapat diturunkan. Pada tahun 2024, rasio BOPO ditargetkan berada pada range 85%, dan CIR akan dijaga pada rasio 44-45%," kata dia.

Lebih lanjut Ramon membeberkan beberapa langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tersebut, yakni dengan melakukan efisiensi dan sentralisasi pada beberapa komponen yang mencakup pengadaan barang dan jasa, operasional dan human capital.

Selain itu, BTN juga memproyeksikan suku bunga BI akan mulai dapat diturunkan pada Semester II/2024, dengan hal tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan operasional, yang akan berpengaruh pada perbaikan rasio BOPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×