Reporter: Nina Dwiantika, Christine Novita Nababan | Editor: Edy Can
JAKARTA. Beberapa bank syariah berencana menggelar penawaran saham umum perdana alias initial public offering (IPO) dalam dua tahun ke depan. Langkah strategis ini untuk memperkuat modal dan meningkatkan transparansi kinerja. Sederetan bank syariah yang menyiapkan IPO adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri (BSM).
BRI Syariah berencana mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2014. Direktur Utama BRI Syariah, Hadi Susanto, mengatakan aksi korporasi ini sudah masuk rencana bisnis bank (RBB).
Namun, ia belum dapat menyebutkan target dana. Yang jelas, tergantung kebutuhan modal BRIS. "Kami tengah menyiapkan dan mengkaji laporan keuangan," katanya, Kamis (4/10).
Anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini memiliki modal sebesar Rp 1 triliun. Nah, untuk memperkuat modal, manajemen akan meminta suntikan modal dulu ke induk usaha. "Mungkin kami minta tambahan sekitar Rp 1 triliun lagi," tambahnya. Saat ini, pembiayaan BRIS mencapai Rp 10,1 triliun dengan target Rp 13 triliun sampai akhir 2012. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 9,9 triliun.
Direktur Utama Bank Muamalat, Arviyan Arifin, menargetkan go public pada semester I-2013. Bersama financial advisor, bank syariah tertua di Indonesia ini tengah menghitung jumlah saham yang akan dilepas. Saat ini kepemilikan Muamalat terdiri dari Atwill Holding Limited 24%, Boubyan Bank Kuwait 24% dan Islamis Development Bank (IDB) 32%. Sisanya investor lokal sebanyak 20%.
Sebelumnya, BSM sudah mengutarakan rencana IPO pada 2014. Menilik rasio pendapatan berbanding modal alias return on equity (RoE) BSM sudah 20%. Dengan pertumbuhan bisnis rata-rata 30% hingga 40% per tahun, BSM sudah siap melantai di bursa.
BNI Syariah tak ada rencana menyusul tiga bank syariah tersebut. Anak usaha Bank BNI ini lebih memilih mencari strategic partner ketimbang mengail dana lewat IPO."IPO ataupun strategic partner memiliki keuntungan berbeda, tapi keduanya sama-sama memperkuat modal," kata Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam Teguh Saptono. Saat ini rasio modal telah mencapai 16%, relatif kuat menopang target.
Menurut Imam, jika mencari modal lewat IPO, bisnis bank diatur pemegang saham mayoritas saat ini, yakni BNI. Sedangkan kalau mencari investor anyar, haluan bisnis bisa banyak berubah.
Sebelumnya, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Anggito Abimanyu, mendengungkan langkah perbankan syariah masuk ke pasar modal Indonesia. Menurutnya, sudah saatnya perbankan syariah go public agar dapat meningkatkan modal dasar perusahaan.
Berdasarkan data BI Juli 2012, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 16,12% dari posisi sebelumnya 15,83%. Rinciannya, modal Rp 12 triliun dan ATMR Rp 79 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News