Reporter: Andri Indradie, Roy Franedya | Editor: Test Test
JAKARTA. Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), menurut hasil survei harga properti residensial Bank Indonesia (BI) masih tinggi. Survei juga menunjukkan suku bunga KPR ideal bagi konsumen ada di kisaran 10%-12%.
Namun, pelaku perbankan menilai, dengan tren inflasi yang menanjak, tren suku bunga bakal mengikuti. "Ke depan, saya melihat suku bunga tidak ada kecenderungan menurun," kata Joice F. Rosandi, Kepala Divisi Kredit Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Rabu (25/8).
Toh, menurut Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Irman A. Zahiruddin, bank berusaha memberi bunga terbaik dengan mengutip net interest margin (NIM) yang masuk akal. "Ini yang paling efisien," katanya.
Cuma, dia mengingatkan setiap bank memiliki beban biaya berbeda yang akan menentukan besaran bunga kredit. "Inflasi saja sudah sekitar 5%. Belum biaya lain seperti asuransi dan operasional. Jadi, bank-bank di Indonesia seperti tidak bisa mengelak dari cap bunga kredit tinggi," imbuhnya.
General Manager Divisi Kredit Konsumer PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Diah Sulianto bilang, dengan memperhitungkan tingkat inflasi sekarang, suku bunga KPR kemungkinan naik sekitar 0,25%-0,5% akibat kenaikan biaya dana. Tapi, bank memilih mempertahankan bunga KPR mereka saat ini, dan menutup kenaikan bunga mengurangi keuntungannya.
Bahkan, ada bank yang bisa memberi bunga lebih kecil. Caranya, bekerja sama dengan pengembang yang memberi subsidi bunga. "Kalau bekerja sama dengan pengembang, bank bisa menurunkan bunga," cetus Diah.
Apalagi, tambah Irman, pengembang bisa memberi subsidi bunga sampai 2%. Nah, untuk bunga efektif di pasar, dia bilang, sudah ada yang menerapkan 9,5% dengan batas atas 11,5%-12%. Angka ini diperoleh dengan asumsi rata-rata bunga simpanan 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News