Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
Mengomentari kondisi ini, Pengamat Perbankan Moch Amin Nurdin menyampaikan jika sentimen tren penurunan rasio NIM ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama.
Pertama, bisa ditelisik dari bagaimana bank menjaga cost of fund (CoF) berbanding terbalik secara baik dengan Cost of Credit-nya (CoC).
Jika bank bisa menurunkan CoF-nya di tengah-tengah kondisi suku bunga acuan (BI-Rate) yang mana sudah dipangkas ini, maka senantiasa ini akan berpengaruh terhadap rasio NIM bank.
“Kalau bisa maintain dua-duanya ini, dengan kondisi sekarang ini yang BI rate sudah turun, nah bank harus bisa menurunkan juga nih cost of fund-nya. Karena ini dua hal pokok yang menjadi sumber bagus tidaknya NIM bank,” kata Amin kepada Kontan, Kamis (7/8/2025).
Baca Juga: Kredit Seret, Kepemilikan Surat Utang Jadi Alternatif Pendapatan Perbankan
Selain itu, bank juga perlu memperbaiki kualitas kreditnya. Menurut Amin, semakin baik kualitas kredit yang disalurkan oleh bank, maka senantiasa rasio NIM akan makin terjaga.
“Semakin baik kualitas kredit, otomatis kan ini akan menjadikan NIM-nya terjaga stabil. Bagaimana pun juga, NIM itu kan bagaimana bank bisa memanfaatkan portofolio yang ada untuk menjadikan labanya naik,” jelasnya lagi.
Hingga Juli, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali sebanyak 25 bps per masing-masingnya. Saat ini, BI-Rate di level 5,25%.
Menurut Amin, pemangkasan BI Rate ini tak serta-merta langsung berdampak terhadap penurunan CoF bank. Dia memproyeksi paling cepat ini akan berdampak setelah tiga bulan sejak BI-Rate diturunkan.
“Dan buat saya, biasanya paling cepat tiga bulan sejak BI rate turun, baru bank bisa melakukan judgement terhadap tingkat suku bunga yang berlaku, baik itu di DPK maupun di kredit. Itu, jadi tiga sampai enam bulan lah paling lama ya bisa direview kemudian,” katanya.
Baca Juga: Kredit Perbankan di Semester-I 2025 Paling Banyak Mengalir ke Sektor Perdagangan
Dengan kondisi perekonomian yang belum menggeliat ini, dia pun memproyeksi rasio NIM masih berada di level yang stagnan hingga akhir tahun. Kalau pun naik, tidak akan tumbuh secara signifikan.
Oleh sebabnya, beberapa strategi bisa dilakukan oleh bank. Salah satunya ialah dengan tetap melakukan ekspansi kredit. Kemudian, melihat lebih dalam mengenai CoF, yang mana bank harus berani makin fokus dalam meningkatkan dana murah.
Dan terakhir, dalam memproses bisnisnya, bank harus lebih efisien dalam banyak hal. Bisa dengan makin menggenjot digitalisasi, misalnya.