Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyatakan pertumbuhan perusahaan rintisan alias startup perlu diwaspadai. Jika tak hati-hati melesatnya pertumbuhan startup bisa bikin krisis ekonomi.
"Perusahaan-perusahaan ini nilai valuasinya bisa mencapai triliunan, tapi keuangannya merah," katanya di sela Diskusi Indef, Rabu (30/1) di Jakarta.
Ia mencontohkan, startup ride sharing atau e-commerce yang nilai valuasinya besar, namun asetnya berasal dari mitra, bukan milik perusahaan.
"Krisis ekonomi berikutnya, bisa terjadi dari bubble startup. Nilainya tinggi, tapi tak punya aset. Apalagi kemudian jika masuk pasar modal, dibeli sahamnya mahal oleh publik, kemudian jatuh," paparnya.
Di sisi lain ia juga menyoroti bagaimana startup keuangan, alias perusahaan teknologi finansial (Tekfin) yang menjadi tantangan buat Industri perbankan.
Misalnya tekfin yang menawarkan imbal hasil lebih memikat untuk berinvestasi dibandingkan produk-produk perbankan. Alhasil kini generasi milenial disebutnya memang lebih suka kenyimpan uang di perusahaan tekfin, alih-alih bank konvensional.
"Nanti menjelang 10 tahun ke depan perbankan hanya akan memegang dana masyarakat sekitar 55% dan sisanya sebanyak 45% akan berpindah pada sektor non bank,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News