kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau ada pandemi corona, banyak bank masih bisa naik kelas di tahun ini


Kamis, 08 Oktober 2020 / 19:12 WIB
Walau ada pandemi corona, banyak bank masih bisa naik kelas di tahun ini
ILUSTRASI. Layanan nasabah di Bank Permata, Jakarta, Jumat (12/9). KONTAN/Baihaki/12/9/2014


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau diterpa pandemi Covid-19, rencana ekspansi perbankan di tahun 2020 rupanya tetap berlanjut. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya bank besar hingga bank kecil yang justru naik kelas di tahun ini. 

Terbaru misalnya ada PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk segera melangsungkan integrasi dengan Bangkok Bank Kantor Cabang Indonesia. Targetnya, rencana itu bisa selesai pada Desember 2020. 

Bila rampung, integrasi itu bakal membuat Bank Permata naik kelas menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV dengan modal inti di atas Rp 30 triliun dan rasio modal inti lebih dari 30%. 

Baca Juga: Kredit korporasi Bank DBS ditaksir merosot hingga 5%

Direktur Utama Bank Permata Ridha Wirakusuma mengatakan integrasi itu bakal menandai tonggak baru perusahaan untuk menjadi salah satu pemain terkuat di industri perbankan Indonesia. "Jaringan Bangkok Bank yang luas dan kemampuannya di lintas pasar utama Asia akan saling melengkapi penawaran produk kami dan membawa nilai tambah yang signifikan bagi nasabah Bank Permata," terangnya dalam siaran pers, Rabu (7/10). 

Sebelum Bank Permata, ada beberapa bank lain yang lebih dulu naik BUKU di tahun ini. Antara lain PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang menerima surat penegasan dari OJK per 7 Juli 2020 lalu sebagai BUKU III.

Hal itu ditandai dengan naiknya modal inti perseroan menembus batas minimum BUKU III sebesar Rp 5 triliun. Sejatinya, merujuk pada laporan keuangan BTPS per Juni 2020 total modal inti Tier 1 mencapai Rp 5,17 triliun.

Dalam paparannya pada Public Expose 2020 lalu, perseroan berharap dengan masuk menjadi BUKU III bakal membuat usaha perseroan lebih leluasa untuk ekspansif. "Sebagai BUKU III, tentunya kepercayaan publik kepada BTPN Syariah terus meningkat. Karena modal bank yang semakin kuat dan bank memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan jaringan serta produk dan layanannya," jelas Sekretaris Perusahaan BTPN Syariah Arief Ismail beberapa waktu lalu. 

Baca Juga: Bank Oke luncurkan produk bancassurance dengan Simas Jiwa

Bukan satu-satunya bank syariah, PT Bank BNI Syariah pun juga berhasil menduduki kelas BUKU III. Dalam laporan keuangan perusahaan per Juni 2020 total modal inti tier 1 perseroan sudah menembus Rp 5,07 triliun. Predikat tersebut diraih perseroan setelah 10 tahun berdiri.

Hal tersebut diperoleh perseroan pasca adanya tambahan dari induk perseroan yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 225,59 miliar dalam bentuk non tunai alias inbreng pada awal tahun 2020 lalu. 

Dari kelompok bank kecil, juga ada yang berhasil naik kelas di tahun ini. Salah satunya yaitu PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang masuk ke kelompok BUKU II lewat rights issue tahap I yang rampung di bulan April 2020. Lewat aksi korporasi tersebut, total modal inti perseroan pun sudah menembus Rp 1,2 triliun, melampaui batas minimum Rp 1 triliun yang ditetapkan regulator.

Tidak puas sampai situ, belum lama ini Bank Jago juga bersiap melangsungkan proses rights issue tahap II. Walau agenda tersebut masih baru sampai tahap persetujuan pemegang saham per Senin (5/10) lalu, hampir bisa dipastikan modal Bank Jago akan melesat naik bila rencana ini rampung. 

"Kami memang mengumpulkan dana hasil rights issue untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Sebagaimana diwajibkan regulator kepada industri," terang Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun kepada Kontan.co.id, Kamis (8/10).

Baca Juga: Imbal unitlink campuran dan saham ambles akibat pandemi corona (Covid-19)

Meski begitu, pihaknya tidak menampik bahwa perseroan memang berniat terus menambah modal untuk mencapai status BUKU III. Sejatinya, aspirasi tersebut bisa saja terlaksana di rights issue kedua tahun ini. 

Sebab, dalam keterangannya perseroan berniat menerbitkan 3 miliar saham baru. Memakai asumsi harga saham Bank Jago yang ditutup (8/10) sebesar Rp 2.800, maka sudah bisa dipastikan bank yang dulunya bernama Bank Arthos ini bisa langsung melompat ke BUKU III. 

Namun, Tjit belum bisa merinci besaran harga pada saat Penawaran Umum Terbatas (PUT) II berlangsung. Lantaran hal itu masih dalam kajian perusahaan. "Terkait status BUKU III tentu kami memiliki aspirasi tersebut," imbuhnya. 

Dia juga menyebut dengan menjadi BUKU III, Bank Jago memang akan lebih leluasa mengembangkan bisnis perseroan ke depan. Walau tidak merinci, Bank Jago memastikan arah pengembangan bisnis perseroan ke depan dipastikan akan banyak di bidang teknologi, sejalan dengan visi misi perseroan untuk menjadi bank digital terkemuka di Tanah Air. 

Baca Juga: Bank Mandiri permudah transaksi lewat asisten virtual di WhatsApp

Di kelompok yang sama, juga ada PT Bank Neo Commerce Tbk, yang dulu bernama Bank Yudha Bhakti. Pada bulan Juli 2020 lewat rights issue perseroan berhasil mengantongi dana segar Rp 150 miliar. Sementara itu, per Juni 2020 total modal inti Bank Neo Commerce tercatat menembus Rp 936,4 miliar. Akan tetapi, per September 18 September 2020 posisi modal perseroan sudah terangkat naik ke level Rp 1,08 triliun dan mendapat persetujuan resmi masuk ke BUKU II oleh OJK. 

Dalam upaya mewujudkan hal itu, Bank Neo Commerce saat ini sedang mempersiapkan pengembangan mobile banking dan internet banking sebagai bagian dari transformasi digitalnya. Layanan itu akan diluncurkan dalam waktu dekat. 

Agnes Fibri, Sekretaris Perusahaan Bank Neo Commerce mengatakan, proses pengembangan layanan mobile banking dan internet banking tersebut sudah proses meminta perizinan ke otoritas terkait. "Saat ini masih dalam proses approval regulator. Kami akan update jika pada waktunya," kata Agnes belum lama ini.

Persaingan juga tidak berhenti sampai di sini, bursa naik kelas perbankan juga tetap ramai. Ada dua bank yang selangkah lagi menjadi BUKU III yaitu PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) dan PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO). 

Direktur Kepatuhan Bank BWS Sadhana Priatmadja mengatakan, pihaknya berencana naik ke BUKU III di tahun ini. Bukan dari aksi korporasi, pihaknya hanya mengandalkan pertumbuhan organik alias dari kenaikan laba. "Persyaratan modal bisa dicapai secara organik. Tapi persyaratan lain selain modal akan di nilai oleh otoritas," imbuhnya. 

Baca Juga: Pefindo tegaskan peringkat idAAA(sf) untuk EBA-SP SMF-BTN02 milik SMF

Memakai asumsi keadaan ekonomi membaik, modal sebesar Rp 5 triliun seharusnya bisa disentuh perseroan di tahun ini menurut Sadhana. Bila terwujud dan efektif oleh OJK, pihaknya bakal langsung mengembangkan layanan perbankan perseroan, yang memang sudah disiapkan sejak beberapa tahun terakhir. Terutama dari sisi digital perbankan. 

Sedangkan untuk Bank BRI Agro, seharusnya sudah bisa naik ke BUKU III di tahun ini. Namun sayangnya, rencana itu terpaksa tertunda lantaran proses rights issue diundur karena kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang dinilai perseroan belum ideal. 

Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur bilang, apabila kondisi itu tidak berkepanjangan, maka tidak tertutup kemungkinan rencana itu belum juga bisa dilakukan di tahun depan. "Sehingga untuk pertumbuhan modal, saat ini kami proyeksikan terus tumbuh secara organik dalam 2 sampai 3 tahun ke depan," ujar Hirawan. 

Sebagai gambaran saja, per Juni 2020 total modal inti tier 1 BRI Agro tercatat sebesar Rp 4,13 triliun. Posisi itu sebenarnya menurun dari tahun sebelumnya yang sempat mencapai Rp 4.46 triliun alias susut 7,43% secara year on year (yoy). 

Selanjutnya: Ini 10 unitlink saham dengan return tertinggi hingga kuartal III

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×