Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk alias Adira Finance sepertinya harus bekerja ekstra keras sembari mengencangkan ikat pinggang untuk bisa mengantongi laba sebesar perolehan tahun lalu, yakni Rp 1,7 triliun. Soalnya, sampai kuartal ketiga tahun ini saja, laba perseroan baru Rp 688,2 miliar.
Alih-alih tumbuh, laba anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk ini malah terancam tak mampu menyamai realisasi tahun sebelumnya. “Kami masih akan mengupayakan yang terbaik untuk meraup laba minimal sama dengan tahun lalu,” tutur I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Adira Finance kepada KONTAN, Kamis (23/10).
Meski demikian, lanjut dia, hal tersebut tampaknya tidak mudah, mengingat perlambatan pertumbuhan pembiayaan yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu masih akan berlanjut sampai akhir tahun ini.
Bahkan, kenaikan biaya dana pun tidak dapat dihindari. Peningkatan biaya dana terjadi di seluruh sumber pendanaan, baik pasar modal maupun pinjaman dalam dan luar negeri.
Sekadar informasi, sampai saat ini, sumber pendanaan Adira Finance mengandalkan pinjaman bank dan obligasi. Masing-masing porsinya mencapai 30% dan 50%. Sisanya 20% berasal dari pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asing. “Biaya dana yang kami peroleh, baik dari pasar modal maupun pinjaman naik 250 – 300 basis poin,” terang dia.
Tidak hanya itu, Made menambahkan, laba perseroan juga masih akan tertekan dari kenaikan biaya operasional, seperti gaji karyawan, termasuk peningkatan biaya kredit. “Ya, kami usahakan,” jawab Made ketika ditanya apakah dapat mengantongi laba sebesar Rp 1 triliun sampai akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News