Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memproyeksikan pembiayaan alat berat multifinance masih memiliki potensi untuk bertumbuh ke depannya.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan selama masih ada pembangunan di Indonesia, tentu kebutuhan alat berat masih diperlukan, sehingga bisa berpeluang mengerek pertumbuhan pembiayaan alat berat multifinance.
"Ya, pasti ada (potensi tumbuh), utamanya kebutuhan alat berat untuk pembangunan. Alat berat itu juga menjadi bahan utama untuk perkebunan, kehutanan, hingga tambang. Selama masih ada konstruksi atau pembangunan, orang akan beli alat berat," ujarnya kepada Kontan, Jumat (17/10).
Baca Juga: Menjaga Kinerja Bank Milik Danantara di Tengah Penugasan Program Prabowo
Lebih lanjut, Suwandi juga berpendapat adanya pembangunan pabrik alat berat di Indonesia tak langsung berdampak terhadap pembiayaan alat berat. Sebab, masih dalam proses pembangunan dan efeknya juga tak akan langsung dirasakan terhadap industri multifinance.
"Namun, masih bikin pabrik, tetapi belum jadi. Tetap saja enggak secepat itu," katanya.
Suwandi yang juga merupakan Direktur Utama CSUL Finance membeberkan pembiayaan alat berat di perusahaan sejauh ini masih mencatatkan pertumbuhan. Per Agustus 2025, dia menyebut, pembiayaan alat berat CSUL Finance masih tumbuh di atas rata-rata industri.
"Kami masih tumbuh, tetapi tak bisa tumbuh besar, sesuai pasar saja. Ya, tumbuhnya masih lebih baik dari industri," ungkapnya.
Asal tahu saja, rata-rata pertumbuhan industri multifinance per Agustus 2025 sebesar 1,26% Year on Year (YoY), dengan nilai mencapai Rp 505,59 triliun.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agusman sempat menyampaikan pembiayaan alat berat multifinance masih memiliki potensi untuk bertumbuh hingga akhir tahun ini, seiring masih adanya peluang yang bisa dimanfaatkan.
Agusman menyebut peluangnya, seperti adanya program pemerintah melalui pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.
"Hal itu dapat mendorong permintaan dan pembiayaan alat berat," kata Agusman dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Selasa (15/7).
Meskipun demikian, Agusman menerangkan ada beberapa tantangan yang berpotensi menghambat kinerja pembiayaan alat berat hingga akhir tahun ini. Dia bilang tantangannya berupa fluktuasi harga komoditas, serta dinamika ekonomi baik global maupun domestik yang berpotensi menekan permintaan pembiayaan alat berat.
Adapun OJK mencatat penyaluran pembiayaan alat berat multifinance mencapai Rp 47,61 triliun per Mei 2025. Nilai itu meningkat sebesar 10,72% YoY.
Baca Juga: GandengTangan: Keterbatasan Dana Jadi Tantangan Penyaluran Pembiayaan Produktif
Selanjutnya: Kabar Gembira, Pemerintah Tunda Penerapan Pajak E-Commerce Hingga Ekonomi Tumbuh 6%
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (21/10), Provinsi Ini Siaga Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News