Reporter: Ferry Saputra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) tak memungkiri ketidakpastian ekonomi global hingga kebijakan dalam negeri akan menjadi tantangan bagi industri perusahaan pembiayaan atau multifinance pada 2025. Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno bahkan mengatakan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) diproyeksikan akan membawa dampak besar bagi Indonesia.
Suwandi bilang Trump merupakan pemimpin yang tidak pro suku bunga akan turun terus, bahkan kemungkinan Presiden AS terpilih itu juga menginginkan bunga di AS tetap tinggi.
"Apakah suku bunga akan naik? Mungkin tidak, tetapi mungkin dia akan menurunkan lebih dalam itu juga tidak," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (26/12).
Lebih lanjut, Suwandi bilang dengan terpilihnya Trump dan kondisinya belum dilantik saja bisa langsung memengaruhi kinerja kurs dolar AS yang menguat terhadap rupiah.
Baca Juga: OJK Tengah Persiapkan Aturan Skema Buy Now Pay Later Bagi Perusahaan Pembiayaan
"Alhasil, banyak orang-orang Amerika Serikat yang menempatkan dananya di luar negeri akan menarik kembali pulang ke negaranya. Hal itu memengaruhi dari sektor moneter, Rupiah melemah dan segalanya," tuturnya.
Dengan rupiah yang melemah, Suwandi menilai harga barang akan naik, tak terkecuali kendaraan yang impor dari luar negeri. Otomatis, hal itu juga akan berdampak langsung terhadap penjualan kendaraan di Indonesia, sehingga industri multifinance bisa terkena getahnya.
Selain itu, dari dalam negeri, Suwandi mengatakan adanya kebijakan opsen pajak kendaraan bermotor di luar Jakarta pada 2025, tentu akan memberatkan industri otomotif untuk bertumbuh. Hal itu juga akan memengaruhi harga-harga kendaraan yang berpotensi naik.
"Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) waktu itu belum melihat dolar dengan rupiah, baru hanya melihat dampak opsen pajak saja sudah bereaksi bahwa penjualan mobil tahun depan yang kemungkinan 1 juta unit bisa jadi hanya 600-700 ribu unit saja, termasuk Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) juga teriak," ungkapnya.
Baca Juga: Bunga Fintech & Aturan Baru Fintech Lending Ini Mulai Berlaku 1 Januari 2025
Suwandi mengatakan apabila dampak negatif tersebut terjadi, bisa saja pertumbuhan industri multifinance pada 2025 sulit untuk mencapai angka dobel digit dan hanya akan berada di kisaran 8% saja.
"Kalau melihat sekarang, kemungkinan hanya 7%-8%. Saya masih harus hitung kembali dan masih menunggu GAIKINDO terkait proyeksi penjualan pada 2025," ujarnya.
Secara kinerja industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp 501,89 triliun per Oktober 2024. Nilai itu tumbuh 8,37% secara year on year (YoY). Pertumbuhan Oktober 2024 terbilang melambat, jika dibandingkan posisi September 2024. Adapun per September 2024 tumbuh 9,39% YoY dengan nilai Rp 501,78 triliun.
Selanjutnya: OPPO A5 Pro: Spesifikasi Lengkap dan Daftar Harga
Menarik Dibaca: 5 Drakor Populer Sutradara Shin Won Ho yang Wajib Ditonton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News