Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Asei Indonesia membeberkan terdapat sejumlah tantangan yang dirasakan asuransi umum pada Semester I-2025. Direktur Utama Asuransi Asei Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan salah satu tantangannya adalah pelemahan permintaan dari sektor properti, pembiayaan otomotif, dan logistik, yang biasanya mendorong permintaan produk asuransi umum, seperti asuransi kendaraan, properti, dan pengangkutan. Dia bilang pelemahan permintaan itu juga dipicu adanya kenaikan suku bunga dan pelemahan daya beli.
"Alhasil, berdampak langsung terhadap pertumbuhan premi beberapa lini usaha asuransi," katanya kepada Kontan, Senin (21/7).
Selain itu, Dody menyebut ada juga tantangan dari naiknya klaim di beberapa lini usaha asuransi, termasuk asuransi kredit dan asuransi kendaraan. Dia bilang lini-lini tersebut mencatat peningkatan klaim akibat memburuknya kualitas kredit rumah tangga, serta frekuensi kecelakaan yang meningkat seiring peningkatan mobilitas pasca-pandemi Covid-19.
Tantangan lainnya, yaitu ketatnya persaingan tarif, terutama pada lini asuransi kebakaran dan kendaraan, yang masih berlangsung di tengah melambatnya permintaan. Hal itu menyebabkan tekanan pada margin underwriting. Ditambah kondisi reasuransi global yang mengalami tren kenaikan retensi dan tarif, sehingga biaya proteksi risiko meningkat bagi perusahaan asuransi nasional.
Baca Juga: Dorong Ketahanan Digital, Asei Luncurkan Produk Asuransi Risiko Siber
Lebih lanjut, Dody memprediksi ada sejumlah tantangan yang akan menghadang kinerja industri asuransi umum pada Semester II-2025. Salah satu tantangannya, yaitu kinerja ekonomi yang masih belum pulih sepenuhnya. Dia menyebut jika pertumbuhan ekonomi nasional di bawah 5%, permintaan terhadap proteksi asuransi dari sektor industri dan konsumen rumah tangga kemungkinan tetap lesu.
Selain itu, masih adanya tantangan dari sisi regulasi, seperti implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117 dan regulasi baru lainnya. Dody mengatakan kesiapan perusahaan asurasni menghadapi PSAK 117 yang mulai disimulasikan tahun ini dan mulai efektif pada 2026 menimbulkan tantangan administrasi dan kesiapan sistem. Dengan demikian, bisa menyita fokus dan sumber daya perusahaan.
Dody juga memperkirakaan tantangan akan datang dari ketidakpastian iklim dan bencana alam. Dia mengatakan potensi risiko bencana di paruh kedua tahun ini bisa berdampak pada lini properti dan pengangkutan, serta meningkatkan beban klaim.
Baca Juga: Ada Rencana Konsolidasi Asuransi BUMN, Ini Respon Asuransi Asei
Sementara itu, Dody menyampaikan situasi bisa saja memburuk bagi industri asuransi umum hingga akhir 2025 apabila sejumlah hal terjadi. Dia menerangkan apabila Non Performance Loan (NPL) sektor kredit dan konsumsi terus meningkat, tentu dapat menekan premi asuransi kredit dan menaikkan klaim.
Ditambah adanya inflasi dan biaya operasional yang meningkat, tanpa bisa diimbangi kenaikan premi karena tekanan persaingan. Selain itu, memburuk apabila realisasi proyek pemerintah dan swasta tertunda, yang memang biasanya berkontribusi pada asuransi proyek dan engineering," tuturnya.
Namun, Dody menilai ada peluang pertumbuhan positif bagi industri asuransi umum sampai akhir 2025 jika sektor otomotif dan properti kembali pulih pada Semester II-2025. Dengan demikian, dapat mendorong permintaan terhadap asuransi kendaraan dan properti. Peluang lainnya, yakni apabila digitalisasi distribusi berhasil memperluas penetrasi ke segmen ritel dan UMKM, terutama untuk produk sederhana seperti mikro, kendaraan, dan kebakaran rumah tinggal.
"Ditambah, jika kebijakan fiskal dan insentif pemerintah untuk perumahan, UMKM, dan ekspor, bisa berjalan secara efektif," katanya.
Baca Juga: ASEI Penuhi Ekuitas Rp 250 Miliar, Berminat Pasarkan Asuransi Kredit
Oleh karena itu, Dody mengatakan asuransi umum perlu melakukan sejumlah upaya untuk bisa memaksimalkan peluang yang ada hingga sisa akhir 2025 guna mendorong kinerja. Dia menyebut perusahaan asuransi perlu memperkuat mitra distribusi pemasaran dan digitalisasi, khususnya untuk produk retail. Upaya lainnya, yaitu meningkatkan kemudahan akuisisi dan layanan klaim secara online untuk meningkatkan loyalitas nasabah.
Perusahaan asuransi umum juga dinilai perlu melakukan diversifikasi produk sesuai kebutuhan masyarakat, misalnya mendorong penjualan produk asuransi mikro. Ditambah, menyesuaikan produk dengan kebutuhan sektor UMKM dan sektor ekonomi yang tumbuh cepat.
"Selain itu, meninjau kembali struktur harga produk pada lini dengan loss ratio tinggi, seperti asuransi kredit dan kendaraan. Memanfaatkan kerja sama reasuransi strategis untuk meredam volatilitas klaim," ungkapnya.
Dody menilai perlu juga asuransi umum terlibat aktif dalam program-program prioritas pemerintah dan memberikan masukan terhadap kebijakan baru agar tetap mendorong pertumbuhan industri secara berkelanjutan.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di situs resmi, Asei mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp 125,64 miliar pada Semester I-2025. Nilainya tumbuh 8,66%, jika dibandingkan pencapaian pada Semester I-2024 yang sebesar Rp 115,62 miliar.
Baca Juga: Asei Sebut Kebijakan Tarif Trump Bakal Berdampak Terhadap Asuransi Marine Cargo
Selanjutnya: Persaingan Smartwatch Tambah Ramai, Samsung Menyematkan Fitur Kecerdasan Buatan
Menarik Dibaca: Sisa 11 Hari Lagi, Tiket Diskon Kereta Api Sudah Terjual 89%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News