kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Asuransi InHealth membidik pertumbuhan 86%


Jumat, 26 Desember 2014 / 22:43 WIB
Asuransi InHealth membidik pertumbuhan 86%
ILUSTRASI. Intip Saham-Saham yang Paling Banyak Diburu Asing Dalam Sepekan


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia optimistis memandang prospek kinerja tahun depan. Manajemen perusahaan asuransi ini menilai, berlakunya kewajiban mengikuti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menjadi katalisator bisnis bagi InHealth.

Direktur Utama InHealth Roy Ibrahim mengatakan, skema yang digunakan oleh badan nirlaba ini sama dengan skema yang mereka pakai. Sehingga kedua perusahaan bisa saling mengisi kebutuhan asuransi masyarakat. "Kami kan sama-sama managed care jadi tinggal menyesuaikan pasar," katanya.

Dengan kesamaan skema ini, dia bilang pihaknya tinggal mengincar peserta-peserta yang membutuhkan pelayanan di atas manfaat dasar yang diberikan BPJS Kesehatan. Hal ini pun disebutnya lebih mudah dipahami dan menarik minat nasabah.

Ke depan, minat korporasi untuk meningkatkan manfaat di atas layanan dasar ini punya potensi cukup besar dari sekitar 1.400 perusahaan yang sudah bekerja sama dengan InHealth. Dengan memanfaatkan hal ini, prospek bisnis mereka pun akan makin baik.

Tak heran, perusahaan yang 60% sahamnya dipegang PT Bank Mandiri Tbk ini berani mematok target tinggi tahun depan. Roy yakin, pertumbuhan premi tahun depan bisa lebih dari 86% dibanding proyeksi sampai tutup tahun ini.

Sepanjang tahun ini, Roy memperkirakan pendapatan premi di kisaran Rp 1,4 triliun. Sampai bulan November, InHealth mencetak premi Rp 1,3 triliun. "Tahun depan kami ada di angka Rp 2,6 triliun," kata Roy.

Dikdik Yustandi, Direktur Pemasaran dan Distribusi InHealth menambahkan, skema managed care belum banyak dilakukan oleh perusahaan asuransi lain. Selama ini asuransi swasta banyak menggunakan skema indemnity alias sistem ganti atau reimburs.

Untuk menjalankan skema rujukan berjenjang ini, ia menyebut perusahaan asuransi harus kuat dari sisi provider. Nah, dengan kerja sama dengan sekitar 6.200 provider kesehatan mulai dari dokter, klinik, sampai rumah sakit, Dikdik pun percaya diri layanan mereka sudah sejalan dengan konsep yang dipunya BPJS Kesehatan.

Dikdik menambahkan InHealth akan tetap fokus di bisnis asuransi kesehatan tahun depan. Sehingga belum ada rencana untuk mengincar segmen produk lain.

InHealth pun masih akan menjual produk ke pasar kumpulan. InHealth mengandalkan direct sales melalui 12 kantor pemasaran. Sebagian kecil disumbang jalur broker dan keagenan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×