Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan berdampak pada bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sejumlah bank bersiap - siap untuk menaikkan suku bunga KPR demi menekan biaya dana (COF).
Namun diperkirakan perbankan tidak langsung menaikkan suku bunga KPR. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai, perbankan masih menunggu perkembangan pasar baru kemudian menaikkan bunga kredit.
"Sekarang rata-rata bunga dana pihak ketiga (DPK) bank-bank besar masih kecil. Jadi tidak akan serta merta bunga kredit naik," kata Amin kepada Kontan, Minggu (28/8).
Terlebih, BI hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% untuk menahan laju inflasi. Sehingga masyarakat cenderung menahan konsumsi dan memilih menyimpan uangnya di bank.
Baca Juga: Bjb Kantongi Fee Based Income dari Ekosistem Digital
Walau begitu, bank berpotensi menaikkan suku bunga kredit jika inflasi meningkat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Demi menahan laju inflasi, BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan hingga 50 bps.
"Saat itu, bank mau tidak mau akan mengoreksi tingkat suku bunga kredit. Tapi itu masih menunggu keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November depan," terangnya.
Di tengah kondisi tersebut, Amin memperkirakan bisnis KPR akan tetap tumbuh karena perbankan menawarkan suku bunga yang kompetitif, kecepatan proses pengajuan, kemudahan yang ditawarkan pengembang serta ketersediaan rumah.
Sejalan dengan itu, Bank Bjb akan meninjau bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah. Sebab, kata Direktur Utama Bank Bjb Yuddy Renaldi, penyesuaian bunga acuan BI akan berdampak pada COF perseroan.
"Sampai saat ini, COF masih terkendali dengan baik sebesar 3%, sehingga kami belum berencana untuk melakukan penyesuaian suku bunga KPR dalam waktu dekat," kata Yuddy.
Baca Juga: Bunga Naik, Emiten Sektor Properti Masih Percaya Diri
Untuk saat ini, perusahaan masih melihat perkembangan permintaan KPR dari nasabah. Selain itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini juga mempertimbangkan kemampuan bayar nasabah jika dilakukan penyesuaian suku bunga.
Diperkirakan kenaikan suku bunga acuan tidak berdampak besar bagi bisnis KPR Bank Bjb. Yuddy meyakini, pertumbuhan KPR sampai akhir tahun akan tercapai dan sesuai dengan target perusahaan.
"Selain melalui penyaluran KPR bersubsidi, kami juga gencar melakukan kerja sama dengan pengembang - pengembang rumah primary," ungkapnya.
Tak berbeda, CIMB Niaga juga membuka peluang kenaikan bunga KPR karena biaya dana perusahaan diperkirakan akan meningkat. Namun saat ini perusahaan masih terus memantau dampak kenaikan suku bunga acuan.
"Kami juga terus memantau pergerakan suku bunga KPR di market," kata Direktur Consumer Banking CIMB Niaha Noviandy Wahyudi.
Baca Juga: Bank BTN Telah Salurkan KPR BPJS Ketenagakerjaan Sebesar Rp 188,7 Miliar
Meski demikian, pihaknya menyatakan akan terus berupaya menjadi patner terbaik untuk mewujudkan properti impian bagi para nasabah. Salah satunya dengan menawarkan suku bunga KPR yang kompetitif hingga akhir 2022.
Sementara itu, CIMB Niaga juga optimistis pengeluaran KPR masih sesuai target yang ditetapkan yakni di kisaran Rp 900 miliar - Rp 1 triliun per bulan. Untuk itu, bank akan memastikan pertumbuhan berlanjut sampai akhir tahun.
"Sebulan hingga dua bulan ke depan merupakan waktu yang tepat bagi nasabah yang berencana untuk mengambil KPR. Untuk itu, nasabah bisa segera merealisasikan sebelum market merespon kenaikan BI Rate," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News