kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,25   2,50   0.28%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI rate diramal naik menyusul inflasi?


Jumat, 02 Agustus 2013 / 17:35 WIB
BI rate diramal naik menyusul inflasi?
ILUSTRASI. Pemerintah AS mengumumkan inflasi tahunan di Februari 7,9%. Ini inflasi tertinggi AS dalam 40 tahun terakhir. /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/02/2022.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kondisi inflasi bulan Juli yang melebihi ekspektasi dinilai bisa berpengaruh pada kebijakan Bank Indonesia terkait penetapan suku bunga acuan perbankan atau BI rate. Beberapa analis menilai, ada kemungkinan bank sentral Indonesia itu membuat kebijakan baru lagi, yaitu menaikkan BI rate.

Pendapatan ini disampaikan oleh Agustinus Prasetyantoko, pengamat perbankan dari Universitas Atma Jaya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (2/8). Menurut Agustinus, pasca inflasi Juli yang mencapai 3,29% bisa membuat BI menaikkan BI rate sebesar 25-50 basis points (bps).

"Sampai akhir tahun, potensi kenaikan BI rate bisa sampai 7%," kata Prasetyantoko. Dengan adanya ekspetasi BI rate itu, Prasetyantoko memperkirakan, pertumbuhan ekonomi turun menjadi hanya 5,8% saja.

Sementara itu, analis sekuritas memperkirakan, BI bisa menaikkan level suku bunga acuan minimal 25 bps pada Agustus ini. Pendapat ini disampaikan oleh Haryajid Ramelan, Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia.

Menurut dia, kenaikan BI rate dilakukan untuk menyeimbangkan kenaikan nilai tukar rupiah dan kenaikan inflasi akibat bahan bakar minyak (BBM). Di sisi lain, ada kekhawatiran investor mengalihkan dananya dari pasar saham Indonesia ke pasar saham negara lain.

"Sampai dengan saat ini pasar saham Indonesia masih minim sentimen positif sehingga belum ada sentimen yang membuat investor asing kembali berinvestasi di pasar saham Indonesia, baik dalam jangka pendek ataupun jangka menengah," kata Haryajid beberapa waktu lalu.

Namun, pendapat berbeda disampaikan oleh Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities. Ia bilang, BI rate kemungkinan akan dinaikkan pasca kenaikan inflasi sangatlah kurang tepat. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan perbankan dinilai bukan jawaban untuk mengatasi inflasi.

Inflasi yang terjadi kali ini bukan disebabkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, namun karena naiknya harga-harga kebutuhan bahan pokok sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.

Untuk mengatasi hal itu, perlu adanya koordinasi yang tepat oleh pemerintah. Reza menilai, keputusan BI yang telah menaikkan BI rate 75 bps dalam dua bulan terakhir ternyata tak ampuh menahan laju inflasi.

"Kenaikan bahan pangan karena kurangnya pasokan ke masyarakat. Oleh karena itu, seharusnya yang menjadi perhatian pemerintah adalah kenaikan bahan pangan dapat diminimalisir dengan menjaga pasokan dan bukan diatasi dengan kenaikan BI rate," jelas Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Jumat, 2 Agustus 2013.

Untuk itu, Reza berharap, BI tidak kembali menaikkan level BI rate dengan alasan untuk mengatasi level inflasi. Seharusnya, kata Reza, BI dapat berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk mengatasi masalah inflasi ini sehingga ekonomi negara tidak menciptakan kepanikan seperti saat ini.

Seperti diketahui, sesuai pengumuman BPS, pada Juli 2013 lalu, terjadi inflasi 3,29% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 144,63 poin. Kenaikan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran, terutama yang terbesar yaitu kelompok bahan makanan 5,46% dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,55%.

Alhasil tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juli) 2013 sebesar 6,75% dan tingkat inflasi year-on-year, Juli 2013 terhadap Juli 2012, sebesar 8,61%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×