kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

BPUI incar modal Rp 250 miliar


Minggu, 14 Juni 2015 / 16:55 WIB
BPUI incar modal Rp 250 miliar


Reporter: Dina Farisah | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) mencoba memperbaiki modal (equitas) dari negatif menjadi positif. Pada akhir tahun ini, BPUI mengincar equitas antara Rp 200-Rp 250 miliar.

Direktur PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia, Eko Yuliantoro menjelaskan, pihaknya merupakan induk usaha Bahana yang memiliki kinerja negatif. Kinerja negatif tersebut bermula dari pemberian dana segar sebesar Rp 250 miliar oleh pemerintah pada saat terjadi krisis 1998.

Kala itu, BPUI diminta menggunakan uang tersebut untuk menstabilkan pasar modal. Pemberian dana segar tersebut kemudian dicatat sebagai utang, sehingga membebani kinerja perseroan.

"Sejak tahun 2011, equitas kami negatif Rp 5,5 triliun. Per 2014, ekuitas kami minus Rp 67 miliar. Akhir tahun ini kami berharap equitas kami akan positif antara Rp 200 miliar-Rp 250 miliar setelah restrukturisasi," jelas Eko ketika ditemui KONTAN di Graha CIMB Niaga, Jumat (12/6).

Eko bilang, BPUI baru secara legal disahkan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2010 oleh Undang-Undang BUMN. Barulah pihaknya dapat merestrukturisasi penyertaan modal negara (PMN).

Menurutnya, posisi equitas yang masih negatif pada akhir 2014 dan ditargetkan positif pada akhir tahun ini lantaran konversi utang BPUI menjadi modal. Dengan neraca keuangan BPUI yang sehat, maka hal ini akan turut berdampak pada kualitas kredit anak usaha yang lebih baik.

Eko menilai, kesehatan neraca keuangan akan membuka peluang BPUI untuk memiliki akses perbankan. Pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkan obligasi jika kondisi pasar mendukung.

Yang jelas, pihaknya akan cermat berutang kepada bank sesuai dengan kebutuhan. Sebab, ia melihat berutang pada situasi ekonomi saat ini sangat membebani perusahaan, terlebih utang dalam bentuk dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×