kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Minat Perbankan Salurkan Kredit melalui Chanelling Belum Luntur


Jumat, 23 Mei 2025 / 19:29 WIB
Minat Perbankan Salurkan Kredit melalui Chanelling Belum Luntur
ILUSTRASI. Direktur Utama Easycash, Nucky Poedjiardjo Djatmiko (kiri) dan Presiden Direktur Bank CTBC Indonesia, Iwan Satawidinata (kanan), memperlihatkan board penandatanganan kerja sama strategis loan channeling antara Easycash dan Bank CTBC Indonesia. Kolaborasi ini menjadi langkah awal kedua perusahaan dalam memperluas akses pembiayaan yang inklusif dan aman bagi masyarakat Indonesia.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat permintaan mempengaruhi pernyaluran kredit yang melambat, bank berupaya mencari cara lain agar pertumbuhan tetap terjaga. Salah satu upaya yang dilakukan memberikan kredit chanelling dengan bermitra bersama fintech lending.

Jika melihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendanaan bank yang disalurkan ke fintech lending senilai Rp 49,4 triliun. Angka tersebut setara dengan 61,69% dari total pendanaan yang didapat oleh fintech lending.

Adapun, kontribusi tersebut juga tercatat mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Per Januari 2025, kontribusi pendanaan fintech lending yang berasal dari perbankan baru sekitar 60,83% atau senilai Rp 47,72 triliun.

Terbaru, ada PT Bank CTBC Indonesia telah menyalurkan pendanaan tahap pertama kepada PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) pada pekan ini. Nilai dari pendanaan tersebut mencapai lebih dari Rp 250 miliar. 

Presiden Direktur Bank CTBC Indonesia Iwan Satawidinata mengungkapkan kemitraan dengan Easycash merupakan bagian dari strategi CTBC Indonesia dalam meningkatkan efisiensi penyaluran kredit dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian perbankan. 

Baca Juga: Makin Melambat, BI Turunkan Target Pertumbuhan Kredit Perbankan di 2025

Ia menambahkan bahwa kerjasama ini merupakan bagian dari transformasi CTBC Indonesia untuk menjalankan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tujuannya untuk menghadirkan solusi keuangan yang lebih holistik.

“Kemitraan ini memungkinkan kami untuk memperluas jangkauan pembiayaan, memberikan akses kredit yang lebih cepat, dan di saat yang bersamaan menjaga kualitas portofolio pinjaman,” kata Iwan, Kamis (22/5).

Selain CTBC Indonesia, Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) juga  menargetkan penyaluran pembiayaan ke fintech peer to peer (P2P) lending mencapai Rp 6,6 triliun hingga akhir 2025. 

Chief Executive Officer SCBI, Donny Donosepoetro, mengatakan SCBI telah menyalurkan pinjaman sekitar US$200 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun per kuartal pertama 2025. Ia mengatakan bahwa pertumbuhan pesat digital lending menjadi pilar utama strategi bank global ini dalam memperluas inklusi keuangan, terutama di segmen mikro. 

Adapun, SCBI saat ini telah menggandeng delapan mitra fintech peer to peer lending, salah satunya Amartha, yang telah menyerap pembiayaan hingga Rp 700 miliar sejak kerjasama diluncurkan pada September tahun lalu. Target dari kemitraan ini adalah menyalurkan total Rp 2 triliun untuk sekitar 400 ribu womenpreneur di seluruh Indonesia. 

“Dengan model lender on record, nasabah langsung tercatat di pembukuan kami, bukan hanya menyalurkan lewat lembaga,” ujar Donny.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah menjelaskan ada pro dan kontra terkait kredit chanelling. Beberapa keuntungannya antara lain memperluas jangkauan pasar melalui jaringan fintech, mengurangi biaya operasional dan risiko penyaluran langsung, memanfaatkan keahlian fintech dalam analisis data dan penilaian kredit.

Baca Juga: Kredit Investasi Perbankan Tumbuh Melambat, Pelaku Usaha Tengah Menahan Ekspansinya?

Di sisi lain, ia menyebutkan kekurangan dari kredit chanelling adalah ketergantungan pada kualitas mitra fintech, risiko reputasi jika fintech bermasalah, hingga kontrol yang terbatas terhadap proses penyaluran dan penagihan.

Efdinal bilang Bank Oke juga masih menyalurkan kredit chanelling dengan outstanding saat ini mencapai Rp 600 miliar. Per Mei 2025, outstanding tersebut mengalami kenaikan sekitar 11% jika dibandingkan akhir tahun 2025.

“Karena sifat pinjamannya adalah cicilan, jadi outstanding naik turun setiap bulannya. Misalnya bulan april 2025 mengalami penurunan sebesar kurang lebih 9%, tapi Mei naik,” ujarnya.

Direktur Keuangan Bank Raya Rustati Suri Pertiwi pun menambahkan kolaborasi dengan berbagai partner, termasuk fintech menjadi salah satu strategi bisnis yang harus terus dikembangkan. Pasalnya, dalam industri perbankan digital, partner merupakan salah satu hal utama dalam upaya menambah sumber pertumbuhan baru untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

“Namun, kredit digital dengan tenor pendek untuk channeling melalui fintech belum menjadi prioritas bagi Bank Raya dalam melakukan ekspansi bisnis di awal tahun 2025,” ujarnya.

Baca Juga: Kredit Modal Kerja di Perbankan Melambat, Cerminkan Pelemahan Daya Beli

Selanjutnya: Kemenkeu Sudah Kucurkan Anggaran Subsidi Rp 47,4 Triliun Sampai April 2025

Menarik Dibaca: Grab Dukung Ratusan Womenpreneur Lewat Wanita Bisa Jadi Juragan 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×