Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan jumlah bank yang go public bakal bertambah banyak. Kini ada dua bank yang tengah bersiap untuk melantai di bursa: PT Bank Amar Indonesia, dan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.
Aksi initial public offering (IPO) yang dilakukan Amar Bank dilakukan guna memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 56/2016 yang menyatakan pemegang saham bukan lembaga jasa keuangan paling besar cuma bisa mengempit 30% saham bank.
Baca Juga: Jadi anggota Wantimpres, Tahir lepas jabatan sebagai Komut Bank Mayapada
Kepemilikan saham Amar Bank kini dikuasai oleh Tolaram Group, perusahaan multiindustri yang berdiri sejak 1948 di Indonesia. Tolaram yang memulai bisnis di segmen fast moving consuer goods (FMCG) dan hingga kini merambah ke bisnis digital memang 98,692%.
Sedangkan sisa kepemilikan saham dikempit oleh Ghansham Jivatram 0,622%, Khrisan Umar Agrawal 0,375%, Henry Mixon 0,311%.
Dalam prospektus yang diterbitkan Amar Bank, Senin (16/12) aksi IPO bakal dilakukan dengan melepas 1,2 miliar atau setara 15,01% saham Tolaram ke publik. Sehingga setelah IPO kepemilikan Tolaram bakal menyusut hingga 83,682%. Guna memenuhui ketentuan OJK, perseroan juga akan menggelar aksi private placement untuk melepas 53,682% Tolaram hingga menjadi 30%.
“Tolaram berencana untuk melakukan pelepasan saham kepada investor tertentu dan/atau kepada pihak ketiga lainnya yang akan ditentukan kemudian agar kepemilikan Tolaram menjadi 30%,” tulis Bank Amar.
Baca Juga: PT PII telah menjamin 28 proyek KPBU dan tiga proyek non KPBU hingga 2019
Secara proforma jika seluruh aksi beralan mulus, mayoritas saham Amar Bank artinya bakal dikempit publik dengan kepemilikan 68,692%.
Meskipun jumlah kepemiilkan saham Tolaram lebih kecil dibandingkan publik Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo bilang, Tolaram masih bisa jadi pemegang saham pengendali Amar Bank.
“Kepemilikan saham di atas 25% masih dianggap sebagai pemegang saham pengendali. Dengan kepemilikan publik yang lebih besar tata kelola juga harusnya akan lebih baik karena dikontrol publik,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Sejak 2013 hingga 2016 tercatat telah melakukan penambahan modal ke Amar Bank Rp 500 miliar. Via modal tambahan ini pula, Amar Bank awal 2019 lalu berhasil naik kelas dari bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1 menjadi BUKU 2. Meskipun dari dua aksi ini, Amar Bank sejatinya tak akan dapat tambahan dana sepeser pun. Seluruh dana yang dihasilkan akan diterima oleh Tolaram.
Baca Juga: Agresif marketing, pengguna e-money berbasis server bermekaran di penghujung tahun
Tak berarti pascaaksi korporasi ini perseroan tak siapkan strategi. Amar Bank yang punya model bisnis penyaluran kredit via digital dengan platform Tunaiku ini bakal menyalurkan 60% kreditnya ke segmen produktif, dimana 20% diantaranya bakal tersalur ke segmen UMKM.
Adapula untuk strategi penghimpunan dana, lantaran telah bercokol di BUKU 2, Amar Bank juga bakal mengeluarkan alat pembayaran melalui kartu (APMK) via kartu ATM, dan debit untuk meningkatkan simpanan tabungan dan giro.
Sedangkan per November 2019, Amar Bank telah berhasil menyalurkan kredit Rp 1,94 triliun, tumbuh 40,08% (yoy) dibandingkan November 2018 senilai Rp 1,38 triliun. Adapun penghimpunan dananya senilai Rp 1,76 triliun dengan pertumbuhan 78,48% (yoy).
Sedangkan selain Amar Bank, adapula Bank Sumut yang kini juga tengah bersiap untuk melantai di bursa. April lalu, para pemegang saham perseroan telah merestui aksi ini. Dalam prospektusnya, IPO Bank Sumut bakal digelar dengan menerbitkan saham baru di kisaran 20%-40% dari modal disetor
Adapula tujuan perseroan untuk go public agar dapat meningkatkan modal dasarnya secara signifikan, dari Rp 2 triliun menjadi Rp 5 triliun. Dengan komposisi kepemilikan saham menjadi Saham Seri A sebanyak 400 juta lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 atau setara Rp 4 triliun yang diprioritaskan akan dipegang pemerintah provinsi, kabupaten, kota.
Baca Juga: Pengguna LinkAja telah mencapai 40 juta, 52% dari Pulau jawa
Sedangkan sisanya berupa Saham Seri B sebanyak 100 juta lembar dengan nominal yang sama atau setara Rp 1 triliun yang diperuntukkan bagi masyarakat, baik perusahaan maupun perorangan.
“Kami targetkan akhir 2020, atau paling lambat 2021 bisa IPO. Saat ini kami juga sedang mulai sosialisasi bersama komisaris, direksi dan pejabat terkait. 20 Desember nanti kami akan roadshow kepada pemegang saham,” kata Corporate Secretary Bank Sumut Syahdan Hutabarat kepada Kontan.co.id.
Per September 2019, pemerintah kota dan kabupaten sendiri menggenggam jadi pemilik saham mayoritas perseroan sebesar 52,69%. Sementara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengempit 47,31% saham perseroan.
Sedangkan per Oktober 2019, Bank Sumut telah berhasil menyalurkan kredit Rp 23,64 triliun dengan pertumbuhan 11,85% (yoy). Serta menghimpun dana Rp 30,13 triliun dengan pertumbuhan 17,88% (yoy).
Baca Juga: Tuntut tanggung jawab, nasabah Jiwasraya datangi Kementerian BUMN dan OJK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News