kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.439   168,00   1,01%
  • IDX 6.795   28,27   0,42%
  • KOMPAS100 983   3,92   0,40%
  • LQ45 762   0,39   0,05%
  • ISSI 216   1,05   0,49%
  • IDX30 396   0,78   0,20%
  • IDXHIDIV20 473   1,21   0,26%
  • IDX80 111   0,04   0,03%
  • IDXV30 115   -0,66   -0,57%
  • IDXQ30 130   0,37   0,28%

Kepemilikan Bank di SRBI Semakin Menyusut, Dibayangi Pengetatan Likuiditas


Kamis, 01 Mei 2025 / 19:44 WIB
Kepemilikan Bank di SRBI Semakin Menyusut, Dibayangi Pengetatan Likuiditas
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024). Instrumen Sekuritisasi Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang dimiliki perbankan kian menunjukkan tren penurunan dibayangi pengetatan likuiditas.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen Sekuritisasi Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang dimiliki perbankan kian menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut terjadi ketika perbankan sedang dalam bayang-bayang pengetatan likuiditas.

Sebagai gambaran, kepemilikan SRBI bank di Maret 2025 tercatat senilai Rp 526,17 triliun. Jumlah tersebut menjadi yang terkecil sejak sembilan bulan terakhir. Di mana, bank sempat memiliki instrumen ini sebanyak Rp 601 triliun pada November 2024.

Meski demikian, berkurangnya kepemilikan SRBI tersebut bukan karena untuk membantu bank melakukan ekspansi kredit. Pasalnya, pertumbuhan kredit di Maret 2025 hanya tumbuh sekitar 9% dan menjadi yang terlambat di 16 bulan terakhir.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Tumbuh 9%, Likuiditas Bank Permata Makin Ketat

Jika ditelisik lebih lanjut, bank memindahkan dananya dari SRBI ke Surat Berharga Negara (SBN), di mana kepemilikan bank di SBN meningkat. Sebagai gambaran, kepemilikan bank di SBN tercatat senilai Rp 1.122 triliun per 26 Maret 2025 dari posisi Desember 2024 yang senilai Rp 1.051 triliun.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Fitra Jusdiman membenarkan kepemilikan bank di SRBI cenderung turun terutama dipengaruhi oleh adanya kebutuhan likuiditas perbankan yang meningkat.

“Khususnya menjelang libur panjang lebaran kemarin, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk pembiayaan kredit,” ujar Fitra. 

Sesuai dengan tujuan penerbitannya, Fitra menegaskan SRBI merupakan bagian dari instrumen operasi moneter yang selain berfungsi untuk pengelolaan likuiditas perbankan, juga merupakan instrumen untuk menarik capital inflow.

Ini untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan instrumen untuk pendalaman pasar uang.  “BI melihat tingkat imbal hasil aset domestik, seperti SBN dan SRBI, relatif masih atraktif untuk menarik aliran masuk modal asing,” tambahnya.

Baca Juga: Beda Pandangan Bank Indonesia dan Bankir Terkait Kondisi Likuiditas

EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT BanK Central Asia Tbk,  Hera F. Haryn, mengatakan, total dana yang ditempatkan BCA pada instrumen surat berharga mencapai Rp 407 triliun per Maret 2025.

Di mana, penempatan dana pada instrumen surat berharga merupakan bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan.

Meski demikian, ia mengatakan, komposisi terbesar adalah penempatan dana pada obligasi pemerintah. Di mana, terdapat pula penempatan dana pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan surat berharga lainnya.

“Strategi penempatan dana di surat berharga dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” ujarnya.

Pada prinsipnya, Hera menegaskan fungsi utama dari lembaga perbankan adalah sebagai sarana intermediasi ekonomi dalam artian penyaluran kredit. Per Maret 2025, total kredit BCA tumbuh sebesar 12,6% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 941 triliun. Pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri. 

Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk, M. Ashidiq M. Iswara melihat ada tren penurunan kepemilikan SRBI di perbankan nasional, termasuk di Bank Mandiri. Menurutnya, ini sejalan dengan strategi aktif pengelolaan portofolio surat berharga Bank Mandiri untuk mengoptimalkan likuiditas.

Baca Juga: Margin Keuntungan Bank Makin Tergerus, Ini Penyebabnya

“Ini mendukung ekspansi kredit dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan secara berkelanjutan,” ujar Ashidiq.

Per Maret 2025, aset Bank Mandiri yang ditempatkan di surat berharga termasuk SBN senilai Rp 403,67 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 396,7 triliun.

“Secara nominal, kontribusi SRBI terhadap total aset surat berharga kami tidak terlalu signifikan, dimana mayoritas portofolio surat berharga kami masih dalam bentuk SBN,” ujarnya.

Ia menambahkan outstanding SRBI di bank berlogo pita emas ini akan disesuaikan dengan kondisi likuiditas bank sebagai bagian dari strategi optimalisasi aset; sekaligus mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia.

Selanjutnya: May Day 2025, Menteri Ara Serah Terima 100 Kunci Rumah Subsidi kepada Buruh

Menarik Dibaca: Ini Peluang dan Tantangan dari Indonesia yang Mendapat Pengenaan Tarif Resiprokal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×