Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan kini kian gencar menyalurkan kredit ke sektor pertambangan. Ini sejalan dengan upaya pemerintah yang gencar menjalankan program hilirisasi di sektor tersebut.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada kuartal I/2023 penyaluran kredit pertambangan, termasuk proyek hilirisasi meningkat 43,41% secara tahunan YoY mencapai Rp 237 triliun.
“Risiko kredit pertambangan juga tetap terkendali dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross mencapai 2,31%, di bawah risiko kredit industri perbankan," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, belum lama ini.
Baca Juga: Pemerintah Mulai Pembahasan Pembatasan Smelter Kadar Rendah
Secara dirinci, bank pelat merah menjadi yang paling besar dengan menyalurkan kredit senilai Rp 143,86 triliun atau setara 60% dari total kredit di sektor pertambangan. Baru, bank swasta nasional menjadi terbesar kedua dengan menyalurkan Rp 83,88 triliun.
Menanggapi hal itu, Direktur Wholesale & International Banking BNI Silvano Rumantir bilang saat ini sektor pertambangan memang memiliki potensi yang positif dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pelaku industri pertambangan terus proaktif melakukan hilirisasi agar mampu menciptakan multipler effect economy lebih baik, serta transformasi agar lebih efisien,” ujarnya.
Di samping itu, Silvano juga menilai pelaku usaha di sektor pertambangan juga mulai proaktif dalam mendukung implementasi green mining yang akan bermanfaat positif pada lingkungan.
Meskipun demikian, Silvano menegaskan bahwa dukungan pembiayaan selalu dilakukan dengan terus memperhatikan aturan/perundang-undangan yang berlaku dan tetap memperhatikan risk appatite manajemen internal.
“Nilai portifolio pertambangan di BNI adalah Rp 37,4 triliun, atau 7,2% dari total kredit,” ujar Silvano.
Sementara itu, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn saat ini bilang BCA telah memiliki portofolio pembiayaan ke sektor yang bergerak pada hilirisasi industri pertambangan. Hanya, ia tak menyebutkan berapa nilai yang disalurkan.
Baca Juga: Ekspor Bauksit Tetap Dilarang, Menteri ESDM Beberkan Alasannya
Namun, jika melihat dari laporan keuangan perusahaan di tiga bulan pertama tahun ini, kredit di sektor pertambangan senilai Rp 4,27 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dari periode sama tahun lalu senilai Rp `1,88 triliun yang artinya naik 127,1% YoY.
“Kami proyeksikan akan mencatatkan pertumbuhan positif di tahun ini,” ujar Hera.
Hera optimistis akan ada pertumbuhan tahun ini dikarenakan prospek kredit untuk sektor ini masih cukup baik, termasuk untuk mendukung ekosistem industri mobil listrik yang merupakan salah satu pendorong berkembangnya Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia.
“Kami selalu menyalurkan kredit secara pruden dan menjaga pertumbuhan kredit yang berkualitas,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News