Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Transaksi pasar uang antarbank (PUAB) terlihat masih tetap stabil di tengah tren mengetatnya likuiditas, dan meskipun suku bunga acuan telah mengalami penurunan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rata-rata harian (RRH) PUAB Rupiah overnight naik secara bulanan sebesar Rp 1,09 triliun menjadi sebesar Rp 16,17 triliun pada Oktober 2024, dari Agustus 2024 sebesar Rp 15,08 triliun.
Sementara suku bunga pasar uang (IndONIA) turun sebesar 19bps ke level 5,98%. Penurunan suku bunga sebagai respon dari pemangkasan suku bunga kebijakan BI-Rate pada akhir kuarta III-2024.
Laporan BI menyebut, perkembangan volume RRH transaksi PUAB relatif stabil seiring dengan pemangkasan suku bunga kebijakan global dan mengindikasikan kondisi likuiditas lintas bank yang relatif memadai.
Volume aktivitas PUAB juga diproyeksikan tumbuh seiring ekspansi kredit dan peningkatan likuiditas jangka pendek di perbankan.
Baca Juga: Bantu Likuiditas, Penerbitan Obligasi Bisa Jadi Pilihan Perbankan
Suku bunga IndONIA juga diperkirakan bergerak di kisaran BI-Rate, sementara suku bunga PUAB valas mengikuti tren penurunan suku bunga global yang diharapkan dapat mendorong aktivitas PUAB. Peningkatan kredit juga berpotensi menaikkan volume transaksi PUAB sebagai instrumen pengelolaan likuiditas.
“BI akan menjaga likuiditas dan suku bunga sesuai kebijakan progrowth untuk merespons dinamika suku bunga global,” tulis laporan BI, dikutip Jumat (13/12).
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga menyampaikan, bahwa pasar uang antar bank masih aktif dan meningkat di akhir tahun.
Direktur Keuangan Bank Jatim, Edi Masrianto mengatakan, faktor pendorongnya antara lain kebutuhan likuiditas di akhir tahun.
“Untuk PUAB berkisar Rp 13-20 triliun, dan REPO sekitar Rp 10 triliun - Rp 15 triliun secara harian,” kata Edi.
Edi juga mengaku, likuiditas perseroan masih aman. Menurutnya, secara behavior memang likuiditas akan ketat sesuai dengan realisasi anggaran pemerintah daerah.
“Bank Jatim sebagai Primary Dealer, mempunyai fungsi salah satunya adalah redistribusi likuiditas. Sehingga Bank Jatim akan berupaya optimal untuk menjalankan fungsi sebagai Primary Dealer untuk mendukung Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, suku bunga PUAB juga disebut Edi masih stabil di kisaran Suku Bunga Acuan BI. Menurutnya, kenaikan dan penurunan PUAB tidak terlalu signifikan apabila tidak ada perubahan Suku Bunga Acuan BI.
Ia juga memperkirakan transaksi PUAB hingga akhir tahun tetap stabil dengan target volume sekitar Rp 250 triliun.
“Untuk menjaga likuiditas, Bank Jatim akan terus aktif di market melalui fungsi Primary Dealer, dan akan menerbitkan Surat Berharga untuk memitigasi risiko likuiditas,” tandasnya.
Baca Juga: Emiten Gencar Terbitkan Surat Utang di Akhir Tahun, Saham Ini Ini Layak Ditimbang
PT Bank Central Asia (BCA) juga melihat volume transaksi PUAB Rupiah BCA bertumbuh secara positif, hal ini selaras dengan kenaikan rata-rata transaksi harian PUAB secara nasional hingga November 2024.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, Bank dalam mengelola likuditas akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di pasar, tidak hanya dengan PUAB namun bisa juga dengan instrumen Repo.
“Pada prinsipnya, kami senantiasa akan mengelola likuiditas secara pruden serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko. BCA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” imbuhnya.
Sementara, VP Corporate Communication Bank Mandiri Ricky Andriano menyebut, aktivitas Pasar Uang tanah air meningkat pesat di tahun 2024, baik pada transaksi di instrument Call Money, Repo, dan Instrumen Pasar Uang SRBI.
“Pendorong utamanya adalah komitmen dan peran Regulator serta Industri dalam upaya pendalaman Pasar Uang tanah air, salah satunya melalui implementasi Primary Dealer Pasar Uang dan Pasar Valas, yang merupakan bagian dari Blueprint Pengembangan Pasar Uang yang diinisiasi oleh Bank Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut Ricky mengatakan, saat ini instrumen yang menjadi fokus utama dari pendalaman Pasar Uang tanah air adalah instrumen Repo.
Pihaknya melihat pertumbuhan yang sangat positif dari transaksi Repo Antar Bank dalam 3-4 tahun terakhir. Di 2020, volume Repo tanah air hanya berkisar Rp 500 miliar per hari, di 2024, volume Repo tersebut telah mencapai Rp 15 triliun per hari.
Baca Juga: Biaya Dana yang Tinggi akan Menekan Profitabilitas Perbankan hingga Akhir Tahun
Menurutnya, peningkatan volume transaksi di Pasar Uang menunjukan pendalaman Pasar yang positif. Hal ini menunjukan peningkatan efisiensi transimisi likuiditas Perbankan, yang dapat mengindikasikan meningkatnya trust antar Perbankan di tanah air.
“Bank Mandiri sebagai pendukung ekosistem Pasar Uang tersebut, memiliki kondisi likuiditas yang sangat baik untuk dapat memenuhi kegiatan operasional dan ekspansi bisnis Perseroan, termasuk menyokong pendalaman Pasar Uang di tanah air,” ungkapnya.
Ricky menyebut, kecukupan likuiditas tersebut dapat dilihat dari pemenuhan kewajiban rasio-rasio likuiditas yang disyaratkan regulator seperti pemenuhan Giro Wajib Minimum, Liquidity Coverage Ratio (LCR), dan Net Stable Funding Ratio (NSFR).
Dalam pemenuhan likuiditas, Bank Mandiri sendiri memfokuskan melalui intensifikasi pertumbuhan DPK, khususnya melalui penguatan aktivitas transaksional nasabah.
“Jika pendanaan non-DPK diperlukan, Bank Mandiri memiliki berbagai macam alternatif seperti wholesale funding melalui transaksi yang sifatnya bilateral, club deal, sindikasi, ataupun penerbitan Surat Utang dengan mempertimbangkan kondisi pasar, timing, dan governance yang berlaku,” pungkasnya.
Selanjutnya: Clipan Finance Proyeksikan Pembiayaan Dana Tunai Tumbuh pada 2025
Menarik Dibaca: Hujan Turun Merata di Siang Hari, Ini Prediksi Cuaca Besok (14/12) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News