kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masih Tinggi, Bank Digital Berupaya Tekan Beban Operasional


Senin, 13 Mei 2024 / 18:48 WIB
Masih Tinggi, Bank Digital Berupaya Tekan Beban Operasional
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank Neo Commerce (BNC)?di Jakarta, Kamis (4/1/2024). BNC menargetkan penyaluran kredit tumbuh 20%-25% pada 2024.?Setelah tiga tahun bertransformasi, salah satu penyelenggara bank digital ini optimis dapat menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik ke depannya. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan digital tengah berupaya menekan biaya operasional yang dimilik saat ini. Upaya tersebut dilakukan agar bank digital ini bisa menjaga profitabilitas di kala beban bunga yang tinggi tak terelakkan.

Ambil contoh, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang kini mulai menerapkan strategi itu menjaga beban operasional agar lebih efisien. Salah satunya melalui upaya mengurangi program-program promosi yang dirasa sudah bisa dikurangi.

Maklum, Bank Neo Commerce atau yang kerap dikenal BNC ini masih mencatat beban operasional yang cukup tinggi. Mengacu laporan keuangan 2023, BNC mencatat beban operasional naik 53,05% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 4,11 triliun.

Baca Juga: Ini Strategi Bank Neo Commerce (BBYB) Genjot Segmen Kredit Korporasi di 2024

Jika dirinci, beban tersebut paling banyak berasal dari pencadangan yang senilai Rp 2,76 triliun. Sementara, beban pemasaran yang dicatatkan turun drastis dari Rp 284,2 miliar menjadi Rp 88,5 miliar.

 

“Kami telah memiliki user base yang besar, use case yang cukup luas dan juga kita tidak tergantung lagi dengan program-program marketing atau promo-promo,” ujar Aditya Windarwo, Direktur Bisnis BNC.

Lebih lanjut, Aditya menambahkan bahwa saat ini BNC sudah mengurangi pemberian promo khusus yang gencar dilakukan beberapa tahun terakhir. Sebab, ia melihat sudah mulai banyak nasabah-nasabah loyal miliki BNC.

Ia bilang langkah selanjutnya saat ini ialah bagaimana BNC mampu memperbesar arus pendapatan yang dimiliki dari berbagai macam bisnis. Baik itu melalui pendapatan bunga maupun fee based income yang didapat.

Baca Juga: Begini Jurus Bank Maspion (BMAS) Genjot Kinerja di 2024

Aditya melihat BNC memiliki potensi lebih besar di mana, BNC tidak tergantung dengan ekosistem tertentu. Oleh karenanya, ada fleksibilitas yang didapat oleh BNC untuk bisa bekerjasama dengan beragam mitra.

“Yang kita pelajari adalah selama 3,5 tahun ini, ekosistem besar is one thing, but not everything gitu,” ujar Aditya.

Sementara itu, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga tengah berupaya menekan biaya operasional yang dimiliki. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengungkapkan bahwa biaya operasional selain bunga naik 16,8% yoy ke Rp 146 miliar pada kuartal I-2024.

Indra bilang beban operasional yang dikeluarkan oleh Allo Bank pun dengan tujuan investasi. Misalnya, Allo Bank saat ini sedang membangun Data Center Active-Active yang baru dan juga pengembangan infrastruktur TI lainny untuk mengantisipasi kondisi rawan terhadap kejahatan cyber crime.

“Sebab kejahatan cyber crime yang dapat mempengaruhi pendapatan dan reputasi bank,” ujarnya.

Meski demikian, ia pun memastikan Allo Bank tetap mampu memperoleh profit di kala bebannya masih tumbuh. Di mana, laba bersih Allo Bank tumbuh 23,3% YoY menjadi Rp 111 miliar pada kuartal I-2024.

Baca Juga: OJK Tengah Menyusun Rancangan Aturan Konglomerasi Keuangan Terbaru, Ini Kata Analis

Adapun, salah satu bank digital yang sudah mampu menurunkan beban operasional yang dimiliki adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO). Bank yang tergabung dalam ekosistem Goto ini mampu menekan beban operasional dari Rp 436,5 miliar di kuartal I-2023 menjadi Rp 377.4 miliar d kuartal I-2024.

Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun bilang selama ini Bank Jago percaya dengan unique value proposition (UVP) yang dimiliki, yaitu menyediakan solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan dan tertanam di dalam ekosistem digital. 

Oleh karenanya, berbagai penawaran atau promosi bukan menjadi satu-satunya faktor menarik bagi nasabah untuk menggunakan Bank Jago, melainkan UVP tersebut yang menjadi strategi yang lebih berkelanjutan untuk bisnis Bank Jago.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×