Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6% pada Rapat Dewan Gubernur BI bukan Oktober 2023 ini.
Kenaikan suku bunga acuan ini dinilai akan berpengaruh terhadap kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Walau demikian, sejumlah perbankan meyakini, hal ini tidak serta merta dapat menekan laju permintaan KPR.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, terkait dampak dari kenaikan suku bunga acuan, salah satu yang akan cepat tertransmisi yaitu bunga KPR.
Menurutnya, bunga KPR sifatnya jangka panjang, maka dengan perubahan kebijakan suku bunga acuan bisa langsung berdampak kepada bunga KPR.
Baca Juga: Penyaluran Kredit BCA Digital Tumbuh 37,72% pada Kuartal III 2023
"Bunga KPR bank pastinya akan segera menyesuaikan seiring dengan kenaikan bunga acuan, karena memang sensitifitas bunga acuan dengan bunga KPR ini relatif cukup tinggi, dan biasanya bank-bank juga akan segera melakukan penyesuaian," ujar Eko kepada kontan.co.id, Selasa (24/10).
Walau demikian, Eko berpendapat dengan adanya kenaikan suku bunga acuan yang moderat yakni sebesar 25 bps, dalam jangka pendek belum akan menekan kepada permintaan KPR, karena permintaan KPR lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian.
"Memang suku bunga acuan yang meningkat bisa mendorong bunga KPR naik, tapi tidak serta merta membuat KPR drop karena kalau kita perhatikan untuk segmen rumah menengah ke bawah tingkat ketersediaannya lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan, nah ini biasanya kalau bunga KPR naik sedikit permintaan pun tidak akan segera turun karena sifat permintaannya lebih inelastis karena melihat demand nya tingggi sekali di segmen tersebut," jelasnya.
Baca Juga: Ekonom Sebut Kenaikan Suku Bunga BI Tambah Beban Pemerintah
Eko menuturkan, tren KPR sampai akhir tahun sejauh ini mungkin tidak akan akseleratif, tetapi masih bisa bertahan dengan target-target yang ada di tahun ini, dan untuk tahun depan dengan adanya kontestasi politik yang akan terjadi pergantian kepemimpinan biasanya prospek ekonominya membaik, oleh karenanya di harapkan tren KPR pun bisa meningkat.
"Tentu saja ketika pemilunya berjalan dengan baik maka akan memberikan efek positif kepada perekonomian termasuk juga kepada tren KPR," imbuhnya.
Ramon Armando, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengakui, dalam waktu dekat pihaknya belum akan melakukan penyesuaian bunga kredit KPR. Kenaikan BI Rate disebut Ramon tidak mempengaruhi target penyaluran kredit Bank BTN tahun ini, dan KPR masih menjadi motor utama pertumbuhan kredit hingga akhir tahun.
Menurut Ramon, sebagai kebutuhan pokok, rumah masih memiliki permintaan yang tinggi. Apalagi Backlog perumahan masih sangat tinggi sekitar 12,7 juta unit. Potensinya juga dinilai masih sangat besar.
"Bank BTN sebagai bank yang fokus pada perumahan, khususnya rumah subsidi memandang permintaan rumah akan tetap tinggi. Apalagi banyak insentif yang dikeluarkan pemerintah," ucap Ramon.
Hingga Agustus 2023, kredit KPR BTN tumbuh double digit 10,03% yoy dengan total KPR yang telah disalurkan mencapai Rp 248,47 triliun. Pertumbuhan kredit masih ditopang oleh sektor perumahan terutama pembiayaan rumah subsidi. Dari jumlah debitur KPR, paling banyak yang mengambil KPR yakni, milenial.
"Hingga akhir tahun, kami menargetkan penyaluran KPR kurang lebih 220.000 unit yang akan disalurkan kepada masyarakat, khususnya untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui penyaluran KPR Subsidi," ungkapnya.
Dilansir dari laman resminya, bunga promo KPR BTN mulai dari sebesar 1,99% dengan fixed 1 tahun.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Bunga Deposito Siap Menyusul?
Sementara Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengaku, segmen kredit yang paling cepat terdampak oleh kenaikan suku bunga acuan adalah segmen kredit konsumer, termasuk KPR. "Karena kredit konsumer itu sangat price sensitive," katanya.
Walau demikian, BCA tidak akan mengubah suku bunga kreditnya, karena sejak tahun lalu saat interest rupiah sudah mulai naik, bunga KPR BCA juga tidak ikut meningkat.
Ekspansi kredit KPR BCA juga masih tumbuh pesat hingga kuartal kuartal III 2023. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, BCA sudah mencairkan KPR sebesar Rp 29,7 triliun, meningkat 6,45% dari periode yang sama tahun lalu.
Jahja mengatakan, BCA telah mengumpulkan aplikasi KPR dan KKB sebesar Rp 46 triliun saat melakukan dua kali pameran tahun ini, yakni BCA Expo 2023 di kuartal III dan BCA Expoversary 2023 pada Februari.
Baca Juga: BI Perpanjang Insentif DP 0% Untuk KPR, Begini Respons Perbankan
"Sehingga, kami melihat permintaan kredit konsumer yang masih solid," ujarnya.
Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb mengatakan, dengan meningkatnya suku bunga acuan, bank akan lebih berhati-hati dalam melakukan penyesuaian suku bunga kredit, karena berkaitan dengan kemampuan bayar debitur.
"Kami melihat naiknya suku bunga acuan akan mendorong masyarakat untuk sumber pembiayaan yang lebih murah seperti kredit bersubsidi, ada KUR untuk modal kerja, ada FLPP untuk KPR. Jadi skema kredit bersubsidi inilah yang kami lihat permintaannya akan bertumbuh," katanya.
Yuddy mengatakan, hingga kuartal III-2023, KPR bank bjb tumbuh 16,1% menjadi Rp 10,1 trilliun, dimana pada 2023 bank bjb memperoleh kuota FLPP sebanyak 8000 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News