Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan asuransi lewat kanal digital atau yang biasa disebut insurance technology (insurtech) punya masa depan cerah. Perlahan-lahan, perusahaan asuransi mulai memanfaatkan teknologi ini untuk memasarkan produknya.
Di samping itu, tumbuhnya perusahaan-perusahaan berbasis teknologi yang memasarkan produk asuransi turut memperlebar peluang saluran digital ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan, sebanyak 60% dari 82 anggota AAUI sudah memanfaatkan teknologi digital.
Wujud pemanfaatan ini dapat berupa situs web, aplikasi, maupun kerja sama dengan perusahaan teknologi finansial (tekfin).
Catatan AAUI menunjukkan, distribusi secara digital masuk ke dalam jalur langsung. Jalur ini menempati peringkat kedua dari besaran perolehan premi, yaitu sebesar 35%.
Maklum, jalur pialang masih lebih unggul dengan perolehan preminya yang mencapai 50% dari premi keseluruhan. Akan tetapi, angka 50% ini pun sudah termasuk jalur distribusi offline maupun online. Denagn begitu, prospek pemasaran asuransi via digital jadi makin terbuka.
“Saluran digital nantinya akan menjadi saluran tersendiri karena di dalamnya juga bisa menggunakan jalur langsung, pialang, maupun jalur lainnya,” kata Dody saat dihubungi Kontan.co.id pada Kamis (27/12).
Menurut dia, ke depannya, semua pemain dalam industri asuransi mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi digital dalam proses bisnisnya. Untuk itu, perusahaan asuransi harus menyiapkan anggaran, sumber daya manusia yang mumpuni, serta inovasi produk sehingga lebih mudah dipahami nasabah.
Pemasaran asuransi melalui digital juga dinilai bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi, melihat tren masyarakat yang juga semakin melek teknologi.
PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) juga mulai merambah saluran digital, baik melalui situs web, aplikasi, dan kerja sama dengan pihak ketiga.
Sebagai contoh, Adira Insurance membuat saluran penjualan baru bernama travellin.co.id untuk produk asuransi perjalanannya dengan mengadaptasi konsep situs e-commerce.
Melalui laman tersebut, konsumen dapat membeli dan membayar beragam produk asuransi perjalanan. Business Development Division Head Adira Insurance Tanny Megah Lestari mengatakan, perolehan premi asuransi perjalanan dari konsumen yang mengakses langsung situs tersebut mencapai 20%-25%.
Angka tersebut belum memperhitungkan agen-agen perjalanan yang juga mengakses asuransi perjalanan Adira Insurance melalui situs web ini.
Kini, saluran digital Adira Insurance tidak hanya berguna untuk membeli polis baru, tetapi juga dapat untuk mengajukan klaim. “Untuk klaim, saat ini kami memang selalu mengarahkan pelanggan untuk via aplikasi karena sangat memudahkan pelanggan dan prosesnya lebih cepat,” ucap Tanny.
Meskipun begitu, ia mengatakan perolehan premi dari saluran digital ini baru mencapai kurang dari 1% dari total pendapatan premi.
Oleh karena itu, tahun depan pihaknya akan memperlebar kerja sama dengan mitra bisnis berbasis digital dan menambah fitur-fitur yang dapat memudahkan pelanggan untuk mengecek proses asuransi yang tengah diminta.
PT. Asuransi Simas Net (Simasnet) juga mencatatkan kenaikan premi yang signifikan. Sejak awal beroperasi pada 2015, Simasnet memang mengandalkan kanal digital untuk menjual produknya. Hingga saat ini, lebih dari 90% premi yang didapat Simasnet berasal dari saluran tersebut.
Menurut Direktur Utama Simasnet Teguh Aria Djana perolehan premi pada 2018 naik 129% menjadi Rp 54 miliar. Padahal, perolehan premi Simasnet per 2017 hanya mencapai Rp 23,55 miliar. Pertumbuhan ini adalah karena aspek kecepatan dan kemudahan yang didapat nasabah dari saluran digital ini.
Teguh mengatakan, perusahaannya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memasarkan produknya. Mulai dari affinity dengan Citilink, Lion Air, dan TX Travel untuk asuransi perjalanan hingga dengan perusahaan berbasis teknologi seperti fintech, e-commerce, dan aggregator.
“Dibanding saluran-saluran tersebut, justru penjualan via situs web lebih sedikit. Traffic situs web cukup tinggi untuk branding dan informasi produk,” kata dia.
Rencananya, pada 2019, Simasnet akan memperluas kerja sama dengan perusahaan teknologi lainnya, meningkatkan saluran digital internal, dan mengembangkan produk asuransi baru sepeti asuransi perjalanan dan asuransi untuk tekfin.
Tidak berhenti sampai di situ, perusahaan berbasis teknologi yang memasarkan produk asuransi juga mencatatkan kenaikan. Sebut saja pialang asuransi online bernama Futuready.com yang dikelola oleh PT Futuready Insurance Broker.
Per November 2018, penjualan Futuready.com naik sebesar 600% secara year on year. Per akhir 2018, perusahaan asuransi yang menjadi mitra juga bertambah menjadi 22 dari 16 perusahaan pada awal 2018.
Presiden Direktur Futuready.com Sendy Filemon mengatakan, pertumbuhan ini disebabkan oleh keuntungan yang didapat perusahaan asuransi jika bekerja sama dengan pialang.
Pertama, pialang hanya menerima komisi ketika ada pembelian polis sehingga perusahaan tidak perlu berinvestasi untuk membangun jaringan dan mengeluarkan biaya operasional.
Kedua, pertanggungjawaban hukum jelas karena sudah diatur Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketiga, layanan pialang adalah yang paling lengkap dibandingkan jalur lain. “Pialang punya kewajiban melayani dan mengurus klaim nasabah. Biaya pasca-penjualan pada pialang juga lebih rendah dari jalur lain,” kata Sendy.
Belum ada aturan jelas
Ketua Pemasaran dan Pengembangan Produk AAUI Christian Wanadi mengatakan, bisnis asuransi berbasis teknologi digital akan semakin semarak. Hal ini akan mengikuti perkembangan perusahaan e-commerce dan tekfin yang semakin hari juga semakin naik daun.
Sayangnya, langkah perusahaan asuransi memasarkan produk lewat kanal digital atau biasa disebut insurtech masih belum bisa maksimal karena masih menunggu aturan main dari OJK.
Ketiadaan aturan tersebut, di satu sisi cukup disayangkan. Pasalnya, pemasaran secara digital dinilai mempunyai prospek pasar yang besar, karena bisa memudahkan masyarakat untuk mengakses asuransi.
Direktur Eksekutif AAUI Achmad Dody Sudiyar Dalimunthe menambahkan, keinginan industri ke depannya di era digital ini adalah bisa menerbitkan e-policy, tanpa harus ada hard-copy dan tanda tangan basah. Ia berharap OJK bisa segera menerbitkan aturan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News