Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) beberapa bank besar pada semester 1 2016 meningkat. Kredit komersial merupakan salah satu yang menyumbang kenaikan NPL cukup tinggi. Umumnya, kredit komersial tersalurkan untuk industri skala menengah dan kecil dengan tujuan usaha produktif.
Berdasarkan catatan KONTAN, dari 10 bank besar, lima bank mencatatkan kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan NPL di sektor komersial. PT Bank Mandiri Tbk merupakan salah satu yang terkena efek paling besar dari kredit macet sektor kredit komersial.
NPL di sektor komersial yang naik hampir 506bps yoy menjadi 6,69%. NPL sektor komersial merupakan penyumbang terbesar kredit bermasalah di Bank Mandiri. Walhasil, untuk meminimalisir efek dari kredit macet, Mandiri menaikkan anggaran CKPN sebesar 108,8% yoy menjadi Rp 9,23 triliun.
Direktur Risk Management and Compliance Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan bahwa peningkatkan NPL disektor komersial disebabkan karena kondisi ekonomi yang belum membaik. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa harga komoditi seperti minyak, gas, batubara dan CPO yang masih belum beranjak naik.
“Hal ini menyebabkan debitur yang berkaitan sektor diatas, seperti kontraktor, supplier, transporter darat dan laut mengalami pemutusan kontrak dan penurunan tarif dan perlambatan pembayaran piutang, yang menyebabkan debitur mengalami kesulitan cashflow,” ujar Ahmad Siddik kepada KONTAN, Selasa, (2/8).
PT Bank Central Asia Tbk juga merupakan bank yang terkena dampak dari kenaikan NPL sektor komersial. Berdasarkan laporan keuangan semester 1 2016, NPL sektor komersial mengalami kenaikan 130bps menjadi 2,1%.
Menurut Kepala Divisi Keuangan dan Perencanaan BCA Raymon Yonarto, kenaikan kredit macet sektor komersial ini berasal dari sektor angkutan laut seperti industri batubara. “Atas kredit bermasalah tersebut telah dibentuk biaya cadangan yang memadai,” ujar Raymon kepada KONTAN, Selasa, (2/8).
Pembatasan kredit
Akibat meningkatkan NPL, Bank Mandiri mengaku pada semester 2 2016, akan membatasi ekspansi di sektor yang terpengaruh kondisi makro. Selain itu Ahmad Siddik mengatakan pada paruh kedua 2016 akan fokus ke penyaluran ke setor komersial yang masih berpeluang tumbuh seperti makanan dan minuman, kesehatan dan infrastruktur.
Untuk debitur yang masih berprospek dan memiliki iktikad baik akan dilakukan restrukturisasi kredit sedangkan untuk debitur yang sudah tidak beroperasi dan tidak kooperatif akan dilakukan likuidasi agunan untuk menurunkan outstanding kredit. “Pada semester 2 2016 diharapkan tidak akan lagi ada lonjakan kredit sektor komersial,” ujar Ahmad Siddik.
BCA juga berkomitmen sama. Menurut Raymond bank berkode BBCA akan melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan program restrukturisasi dan settlement kolateral.
Beberapa bank lain juga mengaku akan menjaga NPL sektor komersial d ibawah 3%. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menargetkan NPL kredit komersial bisa dijaga dengan melakukan program recovery dan memperkuat proses penanggulangan kredit macet dengan memaksimalkan peran kantor wilayah. “Kami harapkan NPL komersial akan berada dibawah 3% di akhir tahun,” ujar Panji Irawan, Direktur Treasury BNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News