Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peranan agen laku pandai bakal semakin optimal pasca Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyempurnakan aturan mainnya. Regulator baru saja merilis POJK 1/2022 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai).
Teguh Supangkat, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK menyatakan terdapat tujuh aspek penyesuaian dalam ketentuan baru ini.
Pertama, penyederhanaan klasifikasi yang dulunya ada tujuh disederhanakan menjadi tiga.
Agen yang baru pertama kali bekerja sama harus memulai dari klasifikasi A, yang hanya melayani transaksi tabungan dasar atau basic saving account (BSA), uang elektronik dan transaksi asuransi mikro.
Baca Juga: BTN (BBTN) Bagikan Dividen Rp 237,62 Miliar
Sedangkan agen dengan klasifikasi B dapat menawarkan transaksi BSA, kredit atau pembiayaan mikro, serta transaksi tabungan selain BSA. Sementara agen klasifikasi C memberikan layanan seperti agen klasifikasi B, ditambah dapat memberikan layanan transaksi terkait produk keuangan lain.
“Kedua, penyesuaian karakteristik BSA dan kredit mikro. Maksimum saldo simpanan Rp 20 juta, dengan akumulasi transaksi Rp 5 juta per bulan atau Rp 60 juta per tahun apabila sudah menjadi debitur. Lalu, batas maksimum kredit paling banyak Rp 20 juta,” ujar Teguh secara virtual pada Jumat (11/3).
Kendati demikian, OJK memberikan pengecualian untuk mendukung pelaksanaan program pemerintah. Sebab beberapa program pemerintah memberikan kesempatan kredit melebihi ketentuan ini lebih. Ambil contoh kredit usaha rakyat (KUR) mikro yang mencapai Rp 50 juta. Maka, penyaluran KUR mikro ini bisa dilakukan via agen laku pandai.
Ketiga, penyederhanaan skema kerja sama agen laku pandai. Sebelumnya, perjanjian bisa dilakukan masing-masing agen dengan lembaga lain. Lewat POJK baru, kerja sama bisa diwakili oleh bank, sehingga bisa dilakukan secara efisien.
Keempat, agen perorangan hanya dapat bekerja sama dengan satu bank konvensional atau bank syariah. Namun terdapat pengecualian bagi entitas dalam kelompok usaha bank (KUB) yang sama.
Baca Juga: Perbankan Kejar Pertumbuhan Dana Murah di 2022
Kelima, pemanfaatan perangkat elektronik dalam proses customer due diligence.
Keenam, pelaporan rutin perkembangan penyelenggaraan agen laku pandai disampaikan melalui sistem pelaporan OJK atau APOLO.
Ketujuh perbankan diperbolehkan menggunakan pihak ketiga untuk pelaksanaan pekerjaan tertentu seperti perekrutan, pengawasan, dan pemantauan agen, pelatihan dan edukasi agen, hingga manajemen likuiditas agen.
Ia berharap aturan baru ini bisa mendorong peranan agen laku pandai dalam literasi keuangan dan bagi perbankan. Ia juga melihat perbankan siap mengimplementasikan aturan baru ini lantaran sebelum disahkan sudah meminta pandangan dari bankir.
Ia menyatakan hingga saat ini terdapat 35 bank yang sudah menjalankan bisnis keagenan. Terdiri dari 18 BPD konvensional, 14 Non BPD konvensional, 1 BPD Syariah, dan 2 Non BPD Syariah.
Adapun jumlah agen laku pandai di Desember 2021 diperkirakan mencapai 1,45 juta agen. Terdiri dari 1,41 juta agen individu dan 32.608 agen berbadan hukum seperti toko ritel.
Adapun total himpunan simpanan dari agen laku pandai mencapai Rp 15,7 triliun dari 34,87 juta rekening per September 2021. Sedangkan penyaluran kredit mikro mencapai Rp 3,8 triliun dari 166.067 debitur.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyambut positif POJK terbaru ini karena dapat mendorong program Laku Pandai terselenggara lebih optimal. Ia menyatakan pertumbuhan kinerja & utilitas AgenBRILink cukup berperan penting dalam program inklusi keuangan.
Baca Juga: Begini Upaya BNI Mengoptimalkan Peran Agen BNI46
“Saat ini penyebaran bisnis BRILink masih terpusat di pulau Jawa & Sumatera, oleh karenanya BRI memandang bahwa potensi agen laku pandai ke depan masih sangat cerah. BRI optimistis di akhir tahun ini jumlah AgenBRILink dapat meningkat mencapai 600.000 agen,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Jumat (11/3).
Lanjutnya, strategi utama BRI tahun ini untuk mengakselerasi bisnis AgenBRILink diantaranya terus melakukan enhancement fitur BRILink Mobile, integrasi cross selling produk Pegadaian dan PNM. Juga penyaluran bantuan sosial dan penyaluran program Pemerintah melalui AgenBRILink.
Keagenan BRI telah berhasil menghimpun dana murah sebesar Rp 18,2 triliun hingga akhir 2021. Capaian itu meningkat 37,4% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Referral pinjaman melalui agen BRILink juga tercatat tumbuh 207,5% YoY jadi 246.900 nasabah dengan total plafon Rp 4,36 triliun atau meningkat 333,3% YoY.
Total jumlah agen BRILink hingga akhir tahun 2021 mencapai 503.031. Pendapatan atau fee based income yang dihasilkan Agen BRILink mencapai Rp 1,94 triliun atau tumbuh dari tahun 2020.
Baca Juga: BTN Akan Tetap Jadi Ujung Tombak Penyediaan Rumah Rakyat
Adapun Bank BTN mencatatkan jumlah Agen Batara Bank BTN telah meningkat 50% yoy di 2021.
Head of Retail Funding & Services Division Bank BTN Ferry Sipahutar mengatakan, jumlah rekening baru yang dibuka melalui agen BTN tumbuh sekitar 40% YoY dan dana yang dihimpun meningkat sekitar 30% YoY.
Namun, pertumbuhan besar ini karena basis awalnya belum terlalu besar. Saat ini, agen Batara telah melayani sekitar 1,2 juta transaksi tahun 2021 atau tumbuh 50% YoY. Adapun transaksi yang popular di agen Batara adalah transfer antar bank yang mengkontribusi sejumlah 35% dari seluruh transaksi. Agen juga melayani distribusi bantuan sosial hingga hampir 8 juta transaksi selama 2021.
Untuk mendukung pertumbuhan fungsi agen maka telah dilengkapi fitur pembelian token dan pembayaran tagihan yang rutin seperti telepon, listrik dan lainnya. "Tahun 2022, Bank BTN membidik target pertumbuhan agen sekitar 60% dengan pertumbuhan dana dijaga di kisaran 30% YoY." tutur Ferry.
Bank Mandiri berhasil mencatatkan penghimpunan dana murah sebesar Rp 11,5 triliun hingga akhir 2021 dengan total nasabah 1,76 juta. Angka itu tumbuh 75% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Baca Juga: Bank Mandiri Himpun Dana Murah Lewat Agen Laku Pandai Rp 11,5 Triliun pada Tahun 2021
Agen Mandiri juga membantu dalam mendorong penyaluran kredit mikro di Bank Mandiri. Adapun referral kredit mikro produktif dari agen ini mencapai 36.000 debitur hingga akhir tahun lalu.
EVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Josephus K. Triprakoso mengatakan, pertumbuhan bisnis Agen Mandiri sejalan dengan pendampingan secara menyeluruh dengan program edukasi, program campaign, dan berbagai program aktivasi yang dilakukan perseroan.
"Jumlah Agen yang aktif bertransaksi sepanjang tahun 2021 tumbuh 54,7% dari tahun sebelumnya," kata Josephus.
Sampai dengan Akhir Tahun 2021 total jaringan Mandiri Agen mencapai 81.000 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tumbuh sebesar 37,2%. Adapun fee based income yang dihasilkan Agen Mandiri meningkat 59,9% YoY.
Bank Mandiri melihat layanan agen ini masih memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka penyediaan produk dan layanan keuangan di masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum mengenal. Juga menggunakan atau mendapatkan layanan perbankan antara lain bertempat tinggal di lokasi yang relatif jauh dari kantor cabang.
Terbatasnya mobilitas masyarakat di masa pandemi, dan untuk melayani komunitas mikro yang ada di sekitarnya. Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan ekspansi keagenan diharapkan mampu tumbuh 20%. Referral kredit mikro dari agen diharapkan tumbuh 18%, dan DPK tumbuh 46% dengan proyeksi jumlah nasabah sekitar 2,5 juta nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News