kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Penggangguran Terus Meningkat, Simpanan Kelas Menengah-Bawah Turut Tertekan


Kamis, 24 Juli 2025 / 18:35 WIB
Penggangguran Terus Meningkat, Simpanan Kelas Menengah-Bawah Turut Tertekan
ILUSTRASI. Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta (9/5/2025). Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia dan meningkatnya angka pengangguran, tabungan masyarakat kelas menengah juga menunjukkan tren melemah.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia dan meningkatnya angka pengangguran, tabungan masyarakat kelas menengah juga menunjukkan tren melemah.

Jika dilihat dari data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), terjadi pertumbuhan yang melambat pada segmen tabungan perbankan khususnya untuk kelas menengah bawah dengan nilai simpanan sampai atau di bawah Rp 100 juta dari bulan ke bulan.

Pada Januari 2025 misalnya tumbuh 4,8%, pada Februari naik menjadi 5%, dan di Maret tumbuh 6,8%.

Kemudian kembali menyusut di April hanya tumbuh 4,3% dan Mei 2025 hanya tumbuh 3,7%.

Baca Juga: Pertumbuhan Jumlah Simpanan Kelas Menengah Bawah Terus Melambat

Walau demikian, Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Juni 2025 berada di level 83,8, menguat 4,8 poin dari posisi bulan Mei. Sementara  Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada bulan Juni 2025 tercatat sebesar 99,4, turun 0,3 poin MoM. 

LPS menyebut, selain karena kenaikan harga sembako dan serapan lapangan kerja yang melandai, penurunan IKK juga dipengaruhi faktor lain seperti harga pupuk yang relatif masih tinggi. Memasuki akhir musim panen, anomali iklim yang melanda sejumlah wilayah, berpengaruh pada hasil produksi panen, khususnya tanaman pangan. 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, tren dari simpanan di kelompok menengah ini menjadi alarm atau indikasi situasi daya beli masyarakatnya yang sedang melemah.

"Bahkan untuk menabung saja masyarakat kesulitan, karena mungkin pengeluaran harian, kemudian kebutuhan untuk cicilan, pembayaran cicilan, artinya terjadi secara konsisten disposable income itu terus mengalami penurunan dan ini tren-nya sepertinya jangka panjang," ungkap Bhima kepada kontan.co.id, Kamis (24/7).

Baca Juga: LPS: Simpanan Kelas Menengah Bawah Per Maret 2025 Naik, Pertanda Apa?

Apalagi kata Bhima dengan berbagai gelombang PHK yang terjadi di sektor padat karya, kemudian di sektor informal yang tertekan dan juga terjadi efisiensi anggaran pemerintah, itu sangat berpengaruh.

"Sementara dari sisi program-program pemerintah belum bisa mendorong kenaikan daya beli masyarakat, itu evaluasinya. Kalau trennya cenderung memburuk secara terus-menerus, berarti implikasinya nanti kepada konsumsi rumah tangga, kepada likuiditas perbankan juga untuk menyalurkan kredit karena DPK nya kan juga tertekan atau terpengaruh," tambahnya.

Lebih lanjut, Bhima menuturkan, dari sisi pemerintah terutama belanja pemerintah seharusnya bisa menjadi motor penggerak dari sisi program-program yang menyerap tenaga kerja termasuk juga bisa mempertahankan sektor-sektor usaha terutama di daerah. Juga efisiensi anggaran pemerintah disebut perlu dievaluasi kembali, dan harus ada insentif pajak.

"Saran kami dari Celios yang pertama, menaikkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp 7,5 juta per bulan, penghasilan tidak kena pajaknya naik berarti disposable income nya bisa meningkat. Kedua adalah dengan menurunkan tarif PPN menjadi 8% dari sebelumnya 11%," jelasnya.

Baca Juga: Simpanan Kelas Menengah Bawah Naik di Saat Pengangguran Meningkat

Menurut Bhima, kedua hal tersebut bisa mendorong kenaikan pelaku usaha retail yang ujungnya adalah meningkatkan permintaan produksi manufaktur termasuk kendaraan bermotor, perumahan dan nanti bisa meningkatkan lagi dari sisi daya beli masyarakat. Jadi tingkat tabungannya akan semakin bertambah.

"Itu yang bisa dilakukan dalam jangka pandek, karena ke depan ada perang dagang, tarif juga tidak pasti di gempur barang-barang impor ini yang akan kena adalah kelas menengah nanti akan tercermin di pertumbuhan dari simpanan perorangannya bahkan bisa tumbuh negatif," tandasnya.

PT Bank Mandiri Tbk juga mengakui, saat ini, simpanan masyarakat kelas menengah masih menghadapi sejumlah tantangan akibat tekanan ekonomi, seperti meningkatnya biaya hidup, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan menurunnya daya beli.

"Fenomena “makan tabungan” masih terjadi di beberapa segmen, namun Bank Mandiri tetap berhasil mencatat pertumbuhan yang positif," kata Head of Deposit Product Management PT Bank Mandiri Tbk, Mega Ekaputri Pujianto.

Baca Juga: 10 Kebiasaan Buruk Kelas Menengah yang Harus Segera Ditinggalkan Jika Ingin Kaya

Adapun hingga Juni 2025, total dana tabungan Bank Mandiri tercatat mencapai Rp 529 triliun, tumbuh sekitar 8,5% secara tahunan (YoY).

Mega menyebut, tren menabung secara umum masih tertahan, namun mulai menunjukkan pemulihan perlahan. Secara umum, kata Mega pertumbuhan simpanan dana diproyeksikan selaras dengan outlook pasar pertumbuhan DPK yang berada di kisaran 6%-8% tahun ini.

Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, Bank Mandiri menjalankan berbagai strategi, antara lain, digitalisasi layanan perbankan guna meningkatkan akses, kenyamanan, dan program loyalty nasabah, pengembangan produk tabungan yang lebih fleksibel dengan fitur dan insentif menarik, disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

Selain itu, peningkatan edukasi dan literasi keuangan untuk mendorong kesadaran menabung serta pengelolaan keuangan yang lebih baik, melakukan kolaborasi dengan fintech, e-commerce, dan sektor riil dalam rangka memperluas ekosistem keuangan dan mendorong inklusi keuangan nasional.

"Dengan penerapan strategi tersebut, Bank Mandiri optimis dapat menjaga pertumbuhan simpanan yang sehat dan berkontribusi dalam memperkuat ketahanan keuangan masyarakat Indonesia," imbuhnya.

Baca Juga: 10 Kebiasaan Merugikan Kelas Menengah yang Harus Segera Disetop

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan jumlah rekening dengan nilai simpanan di bawah Rp 100 juta tumbuh 7,4% secara YoY per Maret 2025, dengan total nilai simpanan tercatat naik 10% YoY. Pertumbuhan simpanan di bawah Rp100 juta selaras dengan kenaikan jumlah nasabah individu baru.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×