Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai kasus yang terjadi terhadap fintech P2P hingga startup telah memberikan efek domino. Kini perbankan perlu berpikir dua kali jika harus menyalurkan kredit ke perusahaan-perusahaan tersebut.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, banyak fintech dan startup diduga melakukan fraud. Seperti ada TaniFund, Investree hingga yang terbaru adalah eFishery.
Terbaru, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, saat ini OJK telah meminta perbankan mengevaluasi kembali fintech maupun startup yang menjadi debitur maupun mitra channeling.
Baca Juga: POJK 40/2024, Atur Mitigasi Risiko Pendanaan di Fintech Lending Lewat Asuransi Kredit
Dian meminta perbankan yang telah memiliki portofolio agar menghentikan sementara aliran kredit channeling. Setidaknya, hingga bank bisa memastikan bahwa fintech maupun startup ini masih memiliki kinerja yang baik.
“Sampai ada evaluasi yang menyeluruh mengenai governance. Karena jangan sampai kemudian ada excessive risk taking,” ujar Dian, Selasa (12/2).
Tentu, jikalau beberapa bank menghentikan kredit channeling ke fintech memiliki dampak besar. Sebab, selama ini, sumber pendanaan fintech didominasi oleh sektor perbankan.
Hingga November 2024, pendanaan fintech dari sektor perbankan mendominasi hingga 59,22% atau senilai Rp 44,77 miliar. Secara tahunan, kenaikannya cukup tinggi mencapai 48,28%.
Hanya saja, Dian mengungkapkan bahwa yang ditakutkan saat ini adalah ada sikap sembrono yang dilakukan perbankan dengan menyalurkan kredit channeling ataupun ke startup. Sebab, ia menilai itu bukan karakteristik perbankan.
Baca Juga: Kredit Macet Fintech Lending Dominasi Anak Muda, Begini Penjelasan Beberapa Pemain
Di sisi lain, ia juga meminta startup maupun fintech ini harus paham bahwa perbankan memiliki regulasi yang prudent. Sebagai lembaga intermediasi, Dian bilang perbankan itu mengelola uang nasabah yang tidak boleh dikorbankan.
“Jangan sampai menyebabkan kerugian yang tidak perlu kepada bank,” tandasnya.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk Efdinal Alamsyah mengungkapkan bahwa setiap tahun ada evaluasi terhadap kinerja fintech yang menjadi partner.
Bahkan, Efdinal bilang pihaknya tak segan-segan menghentikan kerjasama dengan fintech yang kinerjanya buruk. Adapun, beberapa indikatornya adalah NPL tinggi atau banyak komplain dari nasabah.
“Dari awal sampai saat ini sudah cukup banyak, saya tidak ingat persisnya, mungkin lebih dari 10,” ujar Efdinal.
Efdinal pun menyebutkan saat ini di Oke Bank, total kredit chanelling dengan fintech P2P sekitar Rp 500 miliar. Adapun, pencapaian tersebur sedikit mengalami penurunan sekitar 1%.
Baca Juga: Ketentuan Baru Terkait Borrower Bisa Tekan Kredit Macet Fintech Lending
“Kami tidak menghentikan tapi lebih ketat dalam manajemen risiko,” tambahnya.
Sependapat, Direktur Keuangan PT Bank Raya Indonesia Tbk Rustati Suri Pertiwi juga mengaku selalu melakukan review dan analisis background checking secara mendalam untuk setiap partner yang akan maupun yang sudah bekerjasama.
Adapun, Tiwi merinci indikator penentuan kualitas partner didasari pada beberapa hal. Di antaranya adalah status NPL fntech, rasio bisnis hingga rencana bisnis tersebut yang sesuai dengan standar Bank Raya.
“Harapannya, penyaluran kredit yang dilakukan dapat tepat sasaran dengan kualitas yang terjaga,” ujar Tiwi.
Ia juga mengaku pernah melakukan pemutusan kerjasama dengan beberapa fintech. Sayangnya, ia tak menyebutkan berapa jumlah fintech yang telah diputus.
Hingga bulan September 2024, kredit chanelling Bank Raya hanya tumbuh 4,6% secara tahunan dengan outstanding sebesar Rp 184 miliar. Tiwi menyoroti pertumbuhan ini relatif lebih rendah dari total pertumbuhan kredit digital yang mencapai 90,4% dengan outstanding sebesar Rp 1,8 triliun.
Baca Juga: Fintech Atur Strategi Kikis Kredit Macet
“Tetap mengembangkan channeling, tapi tidak menjadi strategi prioritas,” ujarnya.
Direktur Kepatuhan PT Bank Jago Tbk Tjit Siat Fun atau akrab dipanggil Afun menambahkan pihaknya selalu mengukur risiko-risiko dengan memilih atau menyeleksi mitra pembiayaan secara berkala.
Dalam hal ini, pihaknya terus mempelajari risiko, perilaku, dan tren pada setiap mitra sehingga bisa mengantisipasi potensi kualitas kredit yang memburuk. Untungnya, Bank Jago pun lebih banyak menyalurkan kredit channeling ke ekosistem sendiri yaitu Grup Goto.
“Melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya,” ujarnya.
Selanjutnya: Rahasia Malam Nisfu Syaban! Tata Cara Shalat dan Keutamaan yang Sayang Dilewatkan
Menarik Dibaca: K Fitness Targetkan 10 Cabang Baru di Luar Jakarta pada Tahun Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News