kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Pertumbuhan Kredit Perbankan Diprediksi Masih Sekitar 10%-12% di Tahun 2025


Rabu, 16 Oktober 2024 / 19:36 WIB
Pertumbuhan Kredit Perbankan Diprediksi Masih Sekitar 10%-12% di Tahun 2025
ILUSTRASI. Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 diproyeksikan masih berkisar 10%-12% secara tahunan (year on year/yoy),


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 diproyeksikan masih berkisar 10%-12% secara tahunan (year on year/yoy), saat awal pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. 

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, perkiraan tersebut dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang akan berada di kisaran 5,1%-5,2% yoy. 

"Sejauh ini belum ada dokumen resmi pemerintah yang mencantumkan pertumbuhan ekonomi 8% dalam 5 tahun, jadi saat ini kita hanya bisa memiliki basis APBN 2025 dimana pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2% di tahun 2025," ungkap Josua kepada Kontan, Rabu (16/10).

Menurutnya, ketika pemerintahan baru presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan yang cukup tinggi sekitar 8% di era lima tahun ke depan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, perlu mempertanyakan apakah mesin perekonomian Indonesia dapat mencapai kondisi tersebut. Lalu kedua, perlu menilai sektor ekonomi apa yang akan didorong oleh pemerintah sehingga perlu didukung pembiayaannya oleh sektor perbankan.

Baca Juga: Laju Kredit September Paling Lambat di 2024, Bankir Optimistis Kencang di Akhir 2024

Lebih jauh Josua mencontohkan saat kondisi pandemi Covid-19 melanda, yang memaksa meniadakan aktivitas perekonomian. Hal ini membuat permintaan kredit pun cenderung menurun tajam. Dan sebaliknya saat kondisi perekonomian naik, maka pemintaan kredit pun juga cenderung meningkat

"Yang perlu dipahami adalah mempertimbangkan tren historikal data yang ada dalam 10 sampai 20 tahun terakhir ini, dimana pertumbuhan kredit justru dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi," ungkap Josua.

Di sisi lain, Josua menyatakan, dengan kondisi risiko perekonomian yang masih cukup tinggi karena perlambatan ekonomi global dan penurunan daya beli kelas menengah, maka terdapat potensi risiko peningkatan rasio NPL kedepannya apabila perbankan ditargetkan untuk mencapai pertumbuhan kredit di suatu level tertentu. 

"Oleh sebab itu, menurut hemat saya, pertama, pemerintah perlu menargetkan pertumbuhan ekonomi yang paling realistis. Kedua, menetapkan sektor prioritas yang perlu mendapatkan dukungan pembiayaan dari sektor keuangan terutama perbankan," kata Josua kepada Kontan.

Terakhir menurut Josua, perbankan tetap diencourage untuk menyalurkan kredit yang positif namun juga tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sedemikian sehingga pertumbuhan kredit yang solid kedepannya juga diikuti dengan rasio NPL dan risiko kredit yang tetap terkendali. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×