kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pinjaman valas meningkat 10,8% di semester I-2019


Selasa, 20 Agustus 2019 / 20:30 WIB
Pinjaman valas meningkat 10,8% di semester I-2019
ILUSTRASI. Piutang perusahaan pembiayaan


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance dalam negeri ternyata masih gencar dalam mencari pendanaan berbentuk valuta asing atau valas di Semester I 2019 ini.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, semester I 2019 pendanaan valas sebesar Rp 138,6 triliun. jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan semester I 2018 sebesar Rp 125,1 triliun.

Sebesar Rp 115,681 triliun berbentuk dolar AS, sedangkan bentuk mata uang yen ekuivalen sebesar Rp 22,715 triliun. Bentuk mata uang Euro sebesar Rp 159 miliar, dan SGD sebesar Rp 2 miliar.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, pendanaan berupa valuta asing terus meningkat, karena pelaku usaha mencari kesempatan memperoleh pendanaan baru ketika perbankan dalam negeri lebih selektif memberikan pinjaman.

Baca Juga: Ekonom Samuel Sekuritas prediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan

"Hal yang wajar bila para pemain mencari pendanaan luar negeri. Bisa dilihat kondisi belakangan ini ketatnya likuiditas di dalam negeri membuat perbankan dari luar negeri tertarik untuk menawarkan pinjaman," ujar Suwandi kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8)

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan mengatakan, pinjaman tersebut sudah termasuk pinjaman langsung maupun melalui penerbitan obligasi.

"Saya yakin industri pembiayaan telah melakukan lindung nilai alias hedging. Artinya, multifinance tanah air melakukan matching currency antara sumber pendanaan dan penyaluran pembiayaan,"Jelas Bambang kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8).

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan pembiayaan dapat meminjam dari dalam negeri dan pihak luar negeri, baik dalam bentuk mata uang Rupiah maupun asing. 

Baca Juga: Asset registry multifinance tingkatkan kepercayaan bank beri pendanaan

Untuk menghindari risiko fluktuasi nilai tukar, maka umumnya perusahaan pembiayaan melakukan hedging.

Ketentuan full hedge bagi multifinance saat menerima pinjaman dalam valuta asing tercantum dalam pasal 47 peraturan OJK nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

Beberapa pemain misalnya yang mendapatkan pinjaman berupa valas di Semester I yakni, Adira Finance yang telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi sebesar US$ 350 juta beberapa waktu lalu. Adapun bank yang berpartisipasi berasal dari Taiwan, Singapura, dan Jepang.

Dalam proses penerbitan pinjaman sindikasi ini, Adira Finance menunjuk BNP Paribas, DBS Bank Ltd., Malayan Banking Berhad Singapore Branch, MUFG Bank Ltd, dan United Overseas Bank Limited sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners.

Baca Juga: Dari 183 multifinance hanya 120 entitias yang tergabung di asset registry

Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan untuk pendanaan valas tahun ini sudah melebihi target yaitu sebesar US$ 300 juta atau Rp 6 triliun. 

"Posisi pinjaman per Mei 2019 sebesar Rp 23,3 triliun. Dari jumlah ini, hanya Rp 6,6 triliun adalah pinjaman valas atau porsinya sekitar 28%. Pinjaman dari bank lokal Rp 5,6 triliun, dari penerbitan obligasi dan sukuk sebesar Rp 11,1 triliun," ujarnya kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Made bilang, pendanaan ini nantinya akan dipergunakan untuk mendukung bisnis pembiayaan perseroan dan akan digunakan untuk membantu pencapaian pertumbuhan pembiayaan sebesar 5%-10% di tahun ini.

Multifinance lain, PT Federal Internasional Finance (FIF Group) juga telah menandatangani pinjaman sindikasi sebesar USD 400 juta. ”Pinjaman club sebesar US$ 200 juta dari Bank. Bank yang memberi pinjaman berasal dari Jepang, Korea, Hong Kong, Australia, dan Singapura,” ujar Direktur Keuangan FIF Hugeng Gozali kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8).

Hugeng juga mengungkapkan, di luar bonds untuk pinjaman bank, masih imbang antara rupiah dan valas.

Sementara itu, pemain lainnya yaitu Buana Finance membutuhkan pendanaan sebesar Rp 3,2 triliun tahun ini. Dari jumlah itu, Buana Finance mengincar pendanaan valas sebesar Rp 2,6 triliun.

Corporate Secretary Buana Finance Ted Suyani mengatakan pihaknya saat ini masih menjajaki pendanaan berupa pinjaman valas yang diharapkan bisa mencapai di sekitar Rp 1,2 triliun. 

Baca Juga: Ini alasan BOPO menurun di semester I 2019 menurut OJK

Sedangkan Buana Finance sebelumnya telah memperoleh pendanaan dari sindikasi perbankan yaitu Bank BCA senilai Rp 1 triliun dan Rp 100 miliar dari Bank QNB Indonesia. Sehingga, masih ada kekurangan kurang lebih sebesar Rp 1,6 triliun lagi yang harus didapatkan Buana Finance.

"Kebutuhan sampai akhir tahun kita sudah ada beberapa cadangan sindikasi lead by Bank BCA, Danamon, Standchart, OCBC dan QNB, saat ini posisi pinjaman masih di dominasi dalam negeri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/8).

Di kuartal IV, Buana Finance juga akan menerbitkan obligasi sekitar Rp 500 miliar hingga Rp 600 miliar. Namun, penerbitan obligasi tersebut akan melihat kondisi pasar.

Di sisi lain BCA Finance belum menjaring pendanaan luar negeri. Namun, Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi dengan melihat kondisi pasar. "Kalau bunganya menarik, bisa saja. Sejauh ini belum ada. kami baru dapat dari bank lokal dan ada bank asing yang beroperasi di Indonesia," katanya.

Baca Juga: Penuhi ketentuan OJK, fintech lending siapkan produk pembiayaan produktif

Saat ini BCA Finance sedang fokus dengan penerbitan obligasi yang direncanakan di bulan Oktober nanti. Plafon obligasi BCA Finance di Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II sebesar Rp 10 triliun, dan penerbitan pertama sebesar Rp 1,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×