Reporter: Galvan Yudistira, Maizal Walfajri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) terus mendaki dalam beberapa tahun terakhir. Tapi, kenaikannya masih super tipis.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, per Juni 2018 DLP valas sebesar Rp 783,88 triliun. Angka ini naik hanya 4,8% dari akhir tahun 2017 yang sebesar Rp 747,97 triliun. Kenaikan DPK valas ini seiring dengan kebutuhan valas yang kian besar. Alhasil, dalam beberapa bulan terakhir permintaan valas mengalami kenaikan sehingga likuiditas mengetat.
Nanang Hendarsyah Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI mengatakan, kebutuhan valas beberapa bulan terakhir, salah satunya terkait pembayaran dividen periode April 2018-Juni 2018.
Selain itu, kebutuhan impor terutama dari sektor minyak dan gas (migas) serta impor non migas seperti barang elektronik, antara lain seperti impor ponsel pintar.
Nanang bilang, permintaan valas sektor migas dari Pertamina dalam beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan. "Kondisi ini seiring dengan harga minyak yang mengalami kenaikan," tandas Nanang, Senin (20/8).
Namun, permintaan valas di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah diselesaikan oleh Bank BUMN. Saat ini BI mencatat beberapa eksportir merupakan nasabah Bank BUMN.
Nanang bilang, selama ini likuditas valas perbankan banyak disimpan di deposito terutama deposito bertenor 1 bulan dan 3 bulan. "Selain di deposito, DPK valas juga disimpan dalam dua instrumen lainnya yakni fx swap dan surat berharga valas," kata dia.
Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk mengatakan, pada tahun ini pertumbuhan DPK valas di Bank Mayapada ditargetkan sebesar 10% secara year on year (yoy). Saat ini DPK valas mayoritas disimpan di deposito tenor pendek. "Deposan kami lebih banyak dari individu," kata Haryono, Senin (20/8).
Dijaga positif
SEVP Treasury & Global Services PT Bank Rakyat Indonesia Listiarini Dewajanti mengatakan, selama ini, treasury di BRI lebih fokus untuk penjagaan likuiditas ketimbang digarap untuk bisnis utama. Selama ini transaksi valas di BRI sebagian besar terserap untuk kebutuhan valas dari Pertamina, khususnya untuk impor migas.
Listiarini bilang, posisi devisa netto bank bersandi emiten BBRI di Bursa Efek Indonesia ini akan tetap dijaga positif meski dia tidak merinci besaran pertumbuhan transaksi treasuri valas bank yang terkenal dengan bank wong cilik ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News