Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jalan perbankan untuk melantai ke bursa saham tahun ini tampaknya tidak begitu lapang. Lihat saja, hingga Juli 2019 ini, belum ada satupun bank yang sudah melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Padahal kalau menilik ke belakang, setidaknya ada empat tahun terakhir ada setidaknya enam bank yang sukses menggalang dana dari penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebetulnya, ada beberapa bank sebelumnya yang berwacana melakukan IPO tahun ini seperti Bank Mayora, Bank DKI, BNI Syariah, Bank Jateng, dan Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE). Namun, tidak ada satupun yang sudah memiliki rencana pasti, misalnya ditandai dengan menerbitkan prospektus.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) mulai cairkan pinjaman sindikasi senilai US$ 200 juta
Saat dihubungi Kontan.co.id, PT Bank Mayora rupanya belum akan melakukan melantai di bursa dalam waktu dekat. Bank ini masih mengkaji lebih dalam rencana itu dan diharapkan baru akan terealisasi pada 2021.
Bank Mayora menilai tahun ini belum tepat untuk menggalang dana dari pasar modal. "Kami melihat kondisi ekonomi saat ini kurang bagus dan kami juga sedang meningkatkan kinerja keuangan maupun infrastruktur penunjang bisnis," kata Sekretaris Bank Mayora Yuni Gunawan, Selasa (23/7).
Per Juni, Bank Mayora tercatat memiliki modal inti sebesar Rp 1,14 triliun. Adapun kinerja bank ini tidak menggembirakan selama semester I 2019.
Baca Juga: Cari bilateral loan US$ 750 juta, Bank BNI juga pertimbangkan penerbitan global bond
Penyaluran kreditnya memang masih tumbuh 1,89% yang ditopang sektor perdagangan, akomodasi serta makanan dan minuman, lalu manufaktur, dan real estate. Namun, laba perseroan masih mengalami penurunan sebesar 19,25%.
Sementara PT BNI Syariah tidak memberi kepastian apakah rencana IPO perseroan jadi direalisasikan tahun ini atau tidak. Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhiyati hanya menyebut bahwa pihaknya melihat bahwa penawaran umum perdana merupakan langkah positif bagi perbankan syariah.
"IPO akan memperkuat permodalan dan bahkan bisa mengangkat bank menjadi BUKU 3," ungkapnya.
Baca Juga: Aksi korporasi Bank BNI, dari investasi di LinkAja hingga antar BNI Syariah untuk IPO
Sebelumnya, manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) selaku induk BNI Syariah mengatakan, IPO kemungkinan bisa diundur karena ada kaitannya dengan Qanum Lembaga Keuangan Syariah di Aceh.
Tiga tahun setelah aturan itu diundangkan maka seluruh lembaga keuangan di wilayah itu wajib berazas syariah. Oleh karena itu, BNI nantinya akan mengalihkan seluruh asetnya di Aceh ke BNI Syariah.
Dengan adanya pengalihan aset itu, BNI Syariah tidak harus IPO untuk mengejar targetnya naik kelas ke bank kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III tahun ini. Limpahan aset diperkirakan cukup untuk mendorong naik kelas.
Baca Juga: Likuiditas Bank BNI diyakini bakal mulai longgar di semester II 2019
Adapun PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng) memperkirakan bisa merealisasikan IPO paling cepat tahun depan. Sebelumnya,bank ini berencana melakukan IPO tahun 2018 dan kemudian ditunda karena kondisinya tidak tepat.
Tahun ini, Bank Jateng juga menilai masih belum tepat masuk pasar modal karena masih dalam momen tahun politik.
"Kita tunda IPO menunggu momen yang tepat. Kalau tahun ini, pasar belum memungkinkan dan ditambah lagi masih tahun politik. IPO kemungkinan dua tahun lagi atau tahun depan paling cepat," kata Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno baru-baru ini.
Baca Juga: BNI patok NPL maksimal 2% hingga akhir tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News