kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Transaksi PUAB belum ramai di awal tahun ini, begini kata bankir


Selasa, 10 Maret 2020 / 15:56 WIB
Transaksi PUAB belum ramai di awal tahun ini, begini kata bankir
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank BCA di Tangerang Selatan, Jumat (8/11).BI mencatat total rata rata harian (RRH) PUAB seuruh tenor per Januari 2020 mencapai Rp 15,22 triliun./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/11/2019.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antar bank (PUAB) di awal 2020 masih belum ramai. Menurut Statistik Sistem Keuangan Indonesia yang dirilis Bank Indonesia (BI) per Januari 2020 tercatat total rata rata harian (RRH) PUAB seluruh tenor per Januari 2020 mencapai Rp 15,22 triliun. Jumlah tersebut menurun dibandingkan bulan Desember 2019 lalu yang sempat menyentuh Rp 17,59 triliun.

Pun, dari sisi jumlah transaksi tercatat per Januari 2020 sebanyak 170 juta transaksi, turun dari bulan sebelumnya 179 juta transaksi. Mayoritas PUAB ada di tenor overnight atau sebanyak Rp 10,68 triliun. Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id, mengamini bahwa transaksi PUAB memang masih sepi.

Baca Juga: Penyaluran kredit ultra mikro Pegadaian capai Rp 2,7 triliun di 2019

Salah satu pemberi pinjaman terbesar di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengatakan per Januari 2020 lalu transaksi PUAB BCA tercatat lebih dari Rp 21 triliun. Sementara itu posisi PUAB BCA pada Desember 2019 tercatat tumbuh 9% secara yoy. Hal ini menandakan BCA sampai dengan Januari 2020 masih cukup aktif bertransaksi di PUAB.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan saat ini kondisi likuiditas perseroan masih sangat longgar. Tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) pada akhir 2019 lalu yang berkisar pada level 80,5%. "Posisi ini memberikan ruang yang memadai bagi BCA untuk mengembangkan portofolio kredit ke depannya," kata Vera, Senin (9/3).

Sedangkan PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) mengakui bahwa transaksi PUAB perseroan memang tidak begitu ramai di tahun ini. Kendati tidak merinci, Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur menuturkan sampai dengan Maret 2020 sebenarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam hal volume transaksi.

Namun, pihaknya mengisyaratkan bahwa kemungkinan PUAB akan mulai ramai dalam waktu dekat. Pasalnya, sejalan dengan tren penurunan bunga acuan BI (BI7DRR) dalam beberapa bulan terakhir, suku bunga pasar uang antar bank sebenarnya sudah mengalami penurunan sekitar 20-30 bps.

Baca Juga: Bank Mega (MEGA) bagikan dividen Rp 143,79 per saham, ini jadwalnya

Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini memandang, perbankan saat ini memang tengah berhitung dan bersiap-siap untuk ekspansi. Apalagi setelah BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan sederet kebijakan untuk menggerakkan kredit. "Untuk kondisi likuiditas, kami akan menyesuaikan dengan kebutuhan penyaluran kredit," kata Hirawan.

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan transaksi di awal tahun memang relatif sepi secara historis. Perwakilan Manajemen BNI mengatakan rata-rata harian PUAB di awal tahun hanya berkisar Rp 15 triliun sampai Rp 18 triliun yang didominasi tenor overnight hingga satu minggu.

"Kondisi ini terjadi karena likuiditas di pasar cenderung longgar. Rata-rata masih di atas Rp 92 triliun," ujar Manajemen BNI kepada Kontan.co.id, Selasa (10/3).

Baca Juga: Dua belas BUMN mau buyback, berapa kira-kira anggaran setiap emiten?

Lebih lanjut, menurutnya sebagian besar bank saat ini berada dalam posisi likuiditas berlebih (long) termasuk BNI. Walhasil, ekses likuiditas lebih banyak ditransaksikan pada instrumen operasi moneter BI atau dengan membeli surat berharga.

Sementara itu, melihat kondisi ekonomi global yang cenderung melemah akibat dampak penyebaran virus corona (Covid-19), permintaan kredit diperkirakan akan turun. Artinya, kebutuhan likuiditas pun tidak terlalu tinggi. "Kebutuhan likuiditas biasanya mulai meningkat di bulan Maret, kemungkinan tidak terjadi di tahun ini," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×