Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit segmen UMKM jadi salah satu fokus restrukturisasi perbankan terkait imbas pandemi COVID-19. Pemerintah bahkan mencatat, telah ada restrukturisasi terhadap Rp 75,05 triliun kredit UMKM.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja daring bersama Komisi XI DPR, Senin (6/4) lalu menyatakan total nilai tersebut berasal dari penundaan angsuran pokok dan bunga sejumlah program pinjaman bagi UMKM.
Baca Juga: Cadangan devisa turun US$ 9,4 miliar, ini penjelasan BI
Senilai Rp 64,68 triliun adalah angsuran pokok, dan Rp 3,87 bunga kredit usaha rakyat (KUR). Sebesar Rp 1,29 triliun pokok, dan Rp 323 miliar kredit ultra mikro (UMi), serta Rp 3,90 triliun pokok, dan Rp 976 miliar bunga kredit ultra mikro non-PIP (pusat investasi pemerintah).
“Stimulus tersebut salah satunya diberikan berupa penundaan pembayaran angsuran pokok bagi debitur existing selama 6 bulan. Ini kami berikan sebagai dukungan agar UMKM memiliki daya tahan sebab sektor ini memiliki kontribusi 60% dari GDP dan serapan tenaga kerjanya 97%,” kata Menkeu.
Sejumlah bank juga menyatakan segmen UMKM ini memang jadi salah satu fokus restrukturisasi. Direktur Keuangan dan Operasional PT Bank BNI Syariah Wahyu Avianto misalnya menyatakan hingga kini telah merestrukturisasi Rp 92,81 miliar kredit dari 33 debitur.
“Segmen terbesar yang diberikan restrukturisasi berasal dari debitur pembiayaan kecil yang terimbas COVID-19,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Mayoritas bank syariah pangkas target, BCA Syariah masih bertahan
Wahyu juga menambahkan, nilai restrukturisasi tersebut diproyeksikan akan makin bertambah dalam dua bulan mendatang. Mengingat adanya kebutuhan bagi para pelaku usaha untuk membayar tunjangan hari raya.
Sementara itu, dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) saat ini jadi bank yang telah mengucurkan restrukturisasi dengan nilai paling besar. Maklum, segmen UMKM merupakan pasar utama bank terbesar di tanah air ini.
Hingga akhir Maret 2020, BRI telah merestrukturisasi kredit senilai Rp 14,9 triliun yang berasal dari 134.258 debiturnya. Corpoarte Secretary BRI Amam Sukriyanto bilang, pihaknya turut mengerahkan 38.000 tenaga pemasar alias relationship manager yang tersebar di seluruh Indonesia guna membantu proses restrukturisasi.
Baca Juga: CIMB Niaga Syariah lakukan restrukturisasi, kebanyakan dari sektor perdagangan kecil
“Peran relationship manager ini sebagai pendamping debitur UMKM, sekaligus sebagai konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan restrukturisasi hingga proses restrukturisasi tersebut berjalan lancar,” jelasnya.
Sementara tiga pelat merah lainnya yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah merestrukturisasi kredit Rp 4,1 triliun terhadap 10.592 debitur. Kemudian PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merestrukturisasi Rp 6,9 triliun dari 6.238 debitur, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) senilai Rp 2,8 triliun dari 17.481 debitur.
Entitas anak BRI yaitu PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) juga melakukan hal serupa. Segmen ritel dan menengah jadi fokus restrukturisasinya.
Baca Juga: Bank BUKU III mengaku likuiditas masih aman di tengah wabah corona
“Hingga kini kami sudah merestrukturisasi kredit Rp 330 miliar. Nilai tersebut berasal dari 247 debitur ritel & menengah dengan nilai Rp 250 miliar, dan 98 debitur konsumer dengan nilai Rp 80 miliar,” kata Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News