Reporter: Nina Dwiantika |
JAKARTA. Sepanjang 2010, Indonesia dihadapkan dengan derasnya capital inflow dan tekanan inflasi yang tinggi. Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution menyatakan penerapan solusi possible trinity yang berbentuk konfigurasi optimal dari nilai tukar, pengendalian arus modal dan respon suku bunga.
"BI menyiasati kerangka impossible trinity melalui pemilihan middle ground solution, bukan corner solution," kata Darmin Nastuion, di Bankers Dinners, akhir pekan kemarin.
Darmin mengatakan, bank sentral tetap konsisten pada kebijakan BI rate terhadap pencapaian sasaran inflasi yang ditetapkan 5% plus minus 1% tahun 2011, dan 4,5% plus minus 1% di tahun 2012, meskipun inflasi saat ini diposisi 6,96%.
Selain itu, operasi moneter dan kebijakan makro untuk pengelolaan likuiditas domestik juga diarahkan. Tujuannya konsisten dan dapat mendukung kebijakan suku bunga dalam pencapaian sasaran inflasi dan pengendalian permintaan demostik.
"Kebijakan makroprudensial lalu lintas modal diarahkan untuk mendukung kebijakan nilai tukar, dengan tidak menimbulkan dampak terhadap likuiditas domestik secara berlebihan," tambah Darmin.
Sebelumnya, BI telah menerbitkan kebijakan Desember 2010 lalu. Terkait dengan instrumen makroprudensial dan pengelolaan arus modal, yakni kebijakan kenaikkan giro wajib minimum (GWM) valas dan penerapan batas posisi saldo harian pinjaman luar negeri (PLN) bank jangka pendek.
Bank sentral juga akan terus melakukan kalibrasi agar bauran kebijakan yang diambil dapat memberikan stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News