Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III tengah menyiapkan aksi korporasi tahun ini. Mulai dari melepas saham baru (right issue) hingga melepas unit usaha syariah (UUS).
PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) misalnya sedang mempersiapkan untuk menggelar rights issue di akhir kuartal 3/2019 ini dengan menargetkan penghimpunan dana hingga Rp 1 trilun.
Presiden Direktur Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi bilang penambahan modal dari right issue tersebut akan digunakan perseroan untuk penambahan modal.
“Untuk penambahan modal, kami akan right issue yang akan dieksekusi PSP (Pemegang saham pengendali) di kuartal 3/2019 dengan target dana Rp 1 triliun,” katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/7).
Sayngnya Hariyono enggan merinci soal jumlah dan kontribusi dari aksi ini terhadap modal perseroan. Yang jelas, penambahan modal ini dilakukan salah satunya karena laba perseroan tergerus akhir tahun lalu.
Pada akhir 2018 perseroan meraih laba bersih Rp 579,09 miliar, turun 54,52% (yoy) dibandingkan laba pada 2017 senilai Rp 894,84 miliar.
Penurunan laba ini sendiri disebutkan Hariyono lantaran persiapan perseroan menghadapi implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang menuntut perseroan menyediakan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) lebih besar.
Tahun lalu perseroan menambah CKPN hingga Rp 500 miliar. Sedangkan hingga kuartal 1/2019 laba bersih tahun berjalan Bank Mayapada telah mencapai Rp 142,78 miliar. Turun 37,40% (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 senilai Rp 228,10 miliar.
Aksi ini sendiri disebut Hariyono kelak akan dieksekusi oleh Dato Sri Tahir, pemegang saham pengendali perseroan melalui PT Mayapada Karunia yang mengempit 26,42% saham, dan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd yang memegang 40% saham.
“PSP akan mengeksekusi semua dalam rights issue mendatang. Pemegang saham selalu berkomitmen untuk memperkuat permodalan kami,” lanjut Hariyono.
Hariyono menambahkan sejak 2013 pemegang saham pengendali memang konsisten melakukan penambahan modal. Hingga 2018 sendiri penambahan modal baik melalui rights issue maupun penerbitan obligasi subordinasi telah mencapai Rp 5,45 triliun. Ini pula yang bikin perseroan naik kelas ke BUKU III pada 2017.
Hingga kuartal 1/2019 sendiri modal inti perseroan tercatat senilai Rp 8,39 triliun. Meski didukung penambahan modal oleh pemegang saham, Hariyono mengaku pihaknya tak memasang target untuk naik kelas BUKU IV dengan modal inti di atas RP 30 trliun.
Satu lagi BUKU III yang tengah mempersiapkan right issue adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Rencana rights issue ini dipertimbangkan perseroan setelah batal merilis obligasi subordinasi.
“Ekuitas kami masih bagus, sedangkan pasar subdebt sebenarnya belum baik. Kalau kami rilis di tengah kondisi seperti ini yang pricingnya masih tinggi profitabilitas perusahaan kurang optimal. Obligasi secara jangka panjang belum bagus sekarang. Makanya kami inisiatif rights issue,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo saat ditemui Kontan.co.id pekan lalu.
Eko menambahkan dalam rencana right issue tersebut perseroan berniat melepas sahamnya hingga 30% dengan target pengumpulan dana mencapai Rp 2 triliun. Dana yang terhimpun untuk digunakan untuk ekspansi kredit perseroan khususnya ke segmen ritel, dan suntikan dana ke entitas anaknya, yaitu PT Bank Syariah Bukopin, dan Bukopin Finance.
Sementara selain rights issue, perseroan juga berniat merilis surat utang melalui skema efek beragun aset (EBA) dengan menargetkan dapat menghimpun dana hingga Rp 2 triliun.
Ada dua skema yang akan ditempuh perseroan dalam merilis EBA, pertama dengan mengandalkan portofolio personal loan sebagai underlying, dan kedua bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finance (SMF) dengan underlying kredit pemilikan rumah (KPR).
“EBA yang dari personal loan saat ini tinggal finalisasi untuk pricing offering, kami sudah ada pipeline Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun. Sudah dapat rating AAA juga, dan mungkin 1-2 bulan ke depan akan kita rilis. Sedangkan yang dari KPR kerja sama dengan SMF masih proses rating,” lanjut Eko.
Adapula rencana Bank Bukopin lainnya adalah melepas 40% kepemilkan saham entitas anaknya: PT Bank Syariah Bukopin. Sebelumnya santer dikabarkan bahwa PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berminat mengeksekusi pelepasan saham tersebut untuk kemudian menggabungkannya dengan UUS perseroan, yaitu BTN Syariah.
Sayang Eko bilang rencana tersebut batal, dan saat ini Bank Bukopin juga tengah mencari investor lain. Hal senada juga dikatakan oleh Direktur Utama BTN Maryono. Ia bilang masih mencari alternatif untuk melepas mandiri BTN Syariah.
“Kami sedang mempersiapkan alternatif lain bisa UUS kami spin off, atau bagaimana nantinya. Kami juga masih menunggu pembentukan holding keuangan,” katanya kepada Kontan.co.id.
Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini juga bilang pembentukan holding keuangan saat ini masih sesuai jadwal yang ditetapkan. Sayangnya ia enggan menjelaskannya. Yang jelas, kata Maryono kelak entitas-entitas anak anggota holding juga akan masuk struktur holding.
“Nanti juga akan ke sana, tapi dilakukan secara bertahap. Sementara untuk saat ini induknya dulu yang akan masuk holding,” lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News