Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia data Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell baru saja mengocok ulang susunan anggota Indeks FTSE Global Equity Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China. Keluarnya penghuni lama dan digantikan oleh yang baru mulai berlaku efektif setelah penutupan pada Jumat, 18 Maret 2022, dan mulai 21 Maret 2022.
Saham perbankan asal Indonesia juga ikut mewarnai indeks ini. Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) termasuk dalam jajaran keluar. Sedangkan sektor perbankan yang masuk ada Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), dan PT MCN Capital Tbk (BCAP) sebagai induk dari Bank MNC Internasional.
Keluarnya, BRIS dari indeks ini bakal memberikan sentimen negatif bagi pergerakan sahamnya.
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menyatakan ketika satu emiten keluar dari suatu indeks maka biasanya akan terjadi aksi jual oleh investor.
“FTSE adalah indeks dari Inggris atau asing, bila BRIS keluar maka akan ada kesan atau persepsi asing tidak diminati lagi saham ini. Tapi sepanjang fundamentalnya bagus, ini hanya temporary dan jadi suatu yang sangat wajar,” papar Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (22/2).
Baca Juga: Saham Bank Syariah, Analis Ini Lebih Menyukai BTPS Syariah dan Tetap Jagokan BRIS
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengakui saat ini BRIS tidak terlalu diminati oleh investor lantaran cenderung mengalami koreksi. Namun ia tetap optimistis prospek dari BRIS masih bagus lantaran segmen syariah masih memiliki potensi yang besar.
“Karena investor melihat dari sisi growth-nya tidak setinggi sektor lain. Sekarang ini yang growth tinggi ada di bank digital. Bank konvensional pun yang diminati yang memiliki anak usaha bank digital juga. Dipandang sebagai driver pertumbuhan di masa mendatang,” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo masih mengandalkan emiten bank syariah ini. Ia mengakui dulu menyukai BRIS saat awal merger.
Untuk jangka panjang prospek BRIS masih sangat baik sebetulnya. Namun untuk jangka pendek masih dalam tahap bearish.
Asal tahu saja, FTSE merupakan grup joint-venture antara Financial Times dan Bursa London. Indeks ini menjadi salah satu acuan investor global karena diyakini menggunakan kriteria ketat dalam penyeleksian emiten yang direkomendasikan, tidak sedikit investor asing yang menjadikan indeks ini sebagai seleksi awal yang sering diandalkan untuk menanam uangnya termasuk di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News